Jiwa Yang Tenang Di Tengah Bumi Yang Retak (25):  Dari Dalam Diri Ke Pentas Global (Refleksi Tentang Pusaran Narasi Global)

download (1)

Oleh: Maman Supriatman || Alumni HMI

Kita berada di ambang zaman yang bergolak. Di satu sisi, sistem lama mulai runtuh oleh kebohongannya sendiri. Di sisi lain, peradaban baru mulai tumbuh, meski belum sepenuhnya terlihat bentuknya. Kita akan segera memasuki wilayah yang lebih dalam: wilayah nubuat akhir zaman.

PADA suatu titik, dalam keheningan yang dalam dan sunyi, jiwa yang terbangun mulai menyadari bahwa pencarian bukan lagi semata-mata ke dalam.

Setelah perjalanan panjang menyelami diri, mata batin kini mulai menatap keluar: melihat dunia sebagai sebuah panggung luas yang dibangun oleh narasi-narasi besar yang selama ini tersembunyi di balik kabut rutinitas.

Sunyi yang tadinya menjadi tempat peristirahatan, kini menjelma menjadi gerbang. Dari gerbang itulah lahir sebuah kesadaran: bahwa dunia yang tampak adalah teka-teki besar yang menanti untuk dibaca dengan mata yang telah jernih.

Dan pada saat itulah, muncul pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa dihindari: Siapakah yang menulis naskah besar dunia ini? Untuk siapa panggung ini dibangun? Siapa yang meraih untung, dan siapa yang menjadi korban?

Dan mungkin yang paling getir di antara semuanya: mengapa begitu banyak yang memilih diam, berpaling, dan melanjutkan hidup seolah tak terjadi apa-apa?

Kita dalam Narasi Global

Dunia ini, pada hakikatnya adalah sebuah pentas raksasa tempat segala sesuatu ditampilkan dengan sangat cermat. Ada perang yang ditampilkan sebagai misi perdamaian, penjajahan yang disulap menjadi hak mempertahankan diri, perlawanan yang dikemas sebagai terorisme, dan doa-doa yang dikubur di balik bising mesin propaganda.

Namun panggung ini bukanlah sesuatu yang sepenuhnya eksternal. Ia bukan hanya milik para pemegang kekuasaan atau elite global.

Panggung itu, sesungguhnya, juga hidup dalam diri kita. Ia menyusup melalui keyakinan-keyakinan yang kita warisi tanpa pernah kita verifikasi.

Ia tumbuh dalam cara pandang yang dibentuk sejak kecil. Ia mengakar dalam ketakutan-ketakutan yang dengan sengaja dipelihara dan ditanamkan oleh sistem.

Tanpa kita sadari, kita bukan sekadar penonton. Kita adalah aktor dari naskah besar ini. Baik saat kita diam, tertawa, atau bahkan saat kita beribadah, kita tetap berada dalam naskah itu. Sadar atau tidak.

Dari Palestina ke Geopolitik Global

Dalam esai sebelumnya, Palestina hadir sebagai cermin jiwa; sebuah ruang permenungan tentang kemanusiaan dan nurani.

Tapi kini, refleksi itu harus bergerak lebih jauh. Palestina, bersama Ukraina, Yaman, Myanmar, Asia Selatan dan lainnya, hanyalah bagian dari lanskap global yang lebih luas. Konflik-konflik yang tampak lokal itu sesungguhnya merupakan titik-titik dalam peta besar kekuasaan dunia.

Di balik setiap perang dan penjajahan, ada pola yang sama: perebutan kendali, penciptaan narasi, dan upaya mempertahankan hegemoni ideologis.

Pax Judaica, yang selama ini dianggap sebagai teori konspirasi oleh banyak kalangan, mulai menampakkan wujudnya dalam sistem yang sangat nyata.

Ia hadir dalam bentuk jaringan finansial global, industri hiburan dan media yang membentuk persepsi massal, rekayasa sejarah yang menyamarkan kebenaran, hingga digitalisasi identitas yang mengurung manusia dalam definisi-definisi buatan.

Sistem ini bekerja dengan cerdas, bukan melalui paksaan langsung, tetapi lewat pengabaian dan ketidakpedulian.

Ketika kita memilih diam, lupa, atau merasa bahwa semua ini bukan urusan kita, di sanalah sistem itu menemukan kemenangannya.

Kekuatan Kesadaran

Namun setiap sistem, sekuat apapun, memiliki titik lemahnya sendiri. Dan titik lemah sistem global hari ini adalah satu: kesadaran.

Bukan kesadaran biasa, tetapi kesadaran kolektif yang tercerahkan. Kesadaran yang tumbuh dari keberanian untuk melihat apa yang selama ini disembunyikan. Kesadaran yang menolak untuk hidup dalam ilusi yang terus-menerus dipoles.

Dan yang lebih penting, kesadaran yang mampu membedakan antara perdamaian palsu dan perdamaian sejati.

Jiwa yang telah berani berjalan dalam sunyi tak mudah digiring oleh retorika media. Ia mampu melihat bahwa tak semua yang disebut “teroris” benar-benar mengancam dunia. Dan tak semua yang disebut “perdamaian” benar-benar membawa keadilan.

Dalam kejernihan kesadaran, kebenaran mulai menemukan tempatnya kembali.

Menenun Narasi Tandingan

Di tengah arus besar narasi dominan yang dikendalikan oleh segelintir elite, kita tak bisa hanya diam. Kita membutuhkan narasi tandingan, narasi alternatif yang tidak lahir dari pencitraan atau kepentingan, melainkan dari keberanian dan kejernihan.

Narasi ini harus tumbuh dari spiritualitas yang tercerahkan, dari pemahaman geopolitik yang dalam dan jernih, serta dari aksi nyata di berbagai lini: diplomasi, pendidikan, dan ekonomi.

Dan narasi ini harus menjembatani perjuangan di Palestina dengan semua bentuk penindasan global. Karena sejatinya, semuanya adalah satu tubuh yang luka di banyak tempat.

Menyiapkan Fondasi untuk Babak Baru

Kita berada di ambang zaman yang bergolak. Di satu sisi, sistem lama mulai runtuh oleh kebohongannya sendiri. Di sisi lain, peradaban baru mulai tumbuh, meski belum sepenuhnya terlihat bentuknya.

Kita akan segera memasuki wilayah yang lebih dalam: wilayah nubuat akhir zaman.

Tapi sebelum sampai ke sana, ada satu hal yang harus dipastikan, bahwa jiwa kita telah cukup teguh, pikiran kita telah cukup jernih, dan hati kita telah cukup lapang.

Sebab hanya dengan bekal itulah kita bisa membaca realitas dunia dengan mata yang terang, menembus sandiwara geopolitik dan menemukan cahaya kebenaran yang sejati.

Epilog

Di Gaza, seorang ibu menangis di reruntuhan rumahnya yang hancur. Di Wall Street, para bankir meneguk champagne sambil meraup keuntungan dari transaksi senjata.

Di Hollywood, para sineas menciptakan kisah-kisah heroik yang justru mengaburkan kebenaran.

Semua ini terhubung oleh benang-benang tak kasat mata, sebuah jaringan kekuasaan yang telah berabad-abad merajut kisahnya sendiri.

Pernah kudengar kisah tentang Pax Judaica dari seorang guru di pesantren tua. Awalnya kupikir itu hanya dongeng pengantar tidur.

Tapi ketika kusaksikan bagaimana media membungkam suara Palestina, bagaimana sistem finansial global bekerja sepihak, bagaimana sejarah ditulis oleh pemenang, barulah kumengerti.

Ini bukan teori konspirasi, melainkan kenyataan yang terjadi di depan mata kita semua.

Mereka mungkin mengendalikan sistem, tapi mereka tak pernah bisa menguasai kesadaran. Mereka bisa membelokkan narasi, tapi tidak akan pernah mematikan cahaya kebenaran yang terus hidup dalam jiwa-jiwa terjaga.

والله أعلم

MS 13/05/25

(foto: ilustrasi/IST)

Posted in

BERITA LAINNYA

Aliansi Rakyat Indonesia Gelar Aksi Akbar Bela Palestina. HNW : Dua Jutaan Orang Akan Ikut Aksi

JAKARTA–Puluhan tokoh lintas agama pada Kamis, 2 November 2023, memenuhi…

Opini || Stop Impor Beras Patut Diapresiasi, Tapi Perhitungannya Harus Akurat

Oleh : Bambang Soesatyo || Anggota DPR RI || Ketua…

Tim Hantu Polres Bangka Barat Bekuk Pengedar Sabu YS di Kontrakan, Puluhan Paket Berhasil Diamankan

GETARBABEL.COM, BANGKA — Sat Resnarkoba Polres Bangka Barat menggelar konferensi…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI