Tangis Kosmis Di Ujung Ramadhan (11): Membaca Genosida Gaza Dalm Skenario Geopolitik Runtuhnya Dominasi Amerika 

image (1)

Oleh : Maman Supriatman || Alumni HMI

Serial ini merupakan mata rantai dari narasi besar TANGIS KOSMIS DI UJUNG RAMADHAN, yang menyoroti kehancuran AS dari sudut ekonomi (seri 10) dan geopolitik (seri 11). Keduanya adalah dua sisi dari koin yang sama: krisis peradaban yang membuka jalan bagi kebangkitan tauhid atau kehancuran total.

Di ujung Ramadhan yang sarat dengan tangisan munajat, bumi kembali diguncang oleh gelombang profetik: kali ini bukan hanya ekonomi yang sekarat, tetapi tatanan geopolitik global yang retak. 

Serial sebelumnya telah mengurai keruntuhan sistem kapitalis melalui krisis moneter dan perang dagang. Serial ini menyoroti detak jantung terakhir Pax Americana melalui lensa konflik AS-Iran dan skenario eskatologis peralihan kekuasaan global. 

Sebagaimana Rumi berbisik: “Setiap kehancuran adalah pintu menuju penciptaan baru.” Dan dalam video terbarunya, Syekh Imran Hosein menegaskan: “AS sedang berada di ambang kekalahan strategis yang akan mengubah peta kekuasaan dunia.” 

Analisis Video Syekh Imran

Dalam Video terbarunya, Syekh Imran menyoroti eskalasi ketegangan AS-Iran sebagai titik kritis yang mengisyaratkan kehancuran hegemoni Amerika. Berikut poin-poin kunci:  

1. Dilema Strategis AS: Iran sebagai “Kuburan Strategi Amerika”

Serangan AS terhadap Jenderal Qassem Soleimani (2020) disebut sebagai awal dari dendam global anti-AS, memicu solidaritas transnasional yang memperkuat blok anti-Barat. Syekh Imran menegaskan, Iran, dengan dukungan Rusia dan China, telah menjadi “duri dalam daging” yang menggerogoti pengaruh AS di Timur Tengah.  

Ancaman Iran untuk menargetkan negara-negara yang membantu serangan AS (seperti Kuwait, UEA, dan Turki) memperluas konflik ke tingkat regional, memaksa AS menghadapi risiko perang multi-front .  

2. Pax Americana Menuju Pax Judaica: Skenario Sejarah yang Berulang

Syekh Imran mengibaratkan situasi ini mirip dengan keruntuhan Pax Britannica pasca-Perang Dunia I, ketika AS mengambil alih dominasi global. 

Kini Israel, melalui dukungan lobi Yahudi global, akan menggantikan AS sebagai kekuatan baru (Pax Judaica), dengan Palestina sebagai pusat geopolitiknya .  

“Sejarah tidak pernah acak. Ia bergerak menuju takdir yang telah ditulis”, tegas Syekh Imran, merujuk pada nubuat Al-Qur’an tentang pergeseran kekuasaan dalam Surah Ar-Rum .  

3. Peran Rusia dan Kebangkitan Ortodoks: Sekutu dalam Narasi Eskatologis

Aliansi Rusia-Iran, menurut adalah bagian dari “Skenario Ilahi” untuk melawan hegemoni Dajjal (sistem Barat). Rusia, yang disebut sebagai “Roma” (Timur) dalam Al-Qur’an, diprediksi akan memenangkan Perang Besar melawan NATO, sesuai dengan kemenangan Bizantium atas Persia yang diabadikan dalam Surah Ar-Rum .  

“Kekuatan rudal Rusia adalah tanda kebesaran Allah untuk menghancurkan kesombongan Barat”,  ujarnya, merujuk pada ancaman nuklir yang bisa memusnahkan seluruh AS dan Eropa dalam hitungan menit.

Syekh Imran tidak hanya melihat konflik AS-Iran sebagai pertarungan geopolitik, tetapi sebagai bagian dari drama eskatologis yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadits.

“Dajjal akan muncul sebagai manusia ketika sistemnya sudah menguasai pikiran dan dompet manusia”, tulisnya.

Dalam konteks ini, eskalasi kekerasan Israel di Gaza bukan hanya politik, tetapi upaya memenuhi syarat eskatologis Yahudi: membersihkan Palestina untuk mendatangkan “Mesias” mereka. 

Syekh Imran mengingatkan: “Ini adalah panggung terakhir sebelum Dajjal menyatakan diri sebagai ‘penyelamat’.  

Akar Teologis dan Implikasi Eskatologis

Di tengah gelombang zaman yang terus berputar, ada sosok yang senantiasa mengintai dari balik tirai sejarah. Ia tidak disebutkan secara eksplisit/muhkamat dalam ayat-ayat yang terang, melainkan disisipkan dalam ayat-ayat mutasyabihat, bayangan dalam bayangan. 

Syekh Imran Hosein adalah satu-satunya cendekiawan Muslim yang menyibak simbol-simbol ini dengan keberanian tafsir yang langka. Baginya, Dajjal—sang pemalsu kebenaran—muncul dalam dua bentuk di dalam Al-Qur’an: sebagai “jasad” (QS. Shad: 34) dan sebagai “bayangan” (QS. Al-Mursalat: 30).

Dalam pandangan Syekh Imran, istilah “jasad” adalah simbol tubuh tanpa ruh yang kini menjelma dalam bentuk kecerdasan buatan (AI)—ciptaan yang kian otonom namun hampa dari Nur Ilahi. 

Sementara itu, “bayangan” bukan sekadar metafora bagi kondisi neraka seperti lazim ditafsirkan para mufassir, melainkan cerminan dari tiga fase perjalanan Dajjal di dunia: tiga tahap misi kegelapan yang menyusup ke peradaban manusia sebelum kelak ia menjelma menjadi sosok manusia nyata di akhir zaman.

Syekh Imran adalah satu dari sedikit suara yang menolak membaca teks-teks eskatologis hanya sebagai nubuat belaka. Ia menanamkannya dalam lanskap sejarah dan geopolitik. Dalam hadits Sahih Muslim disebutkan bahwa Dajjal akan hidup di bumi selama empat puluh hari yang masing-masing berbeda durasi: satu hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti sepekan, dan hari-hari lainnya seperti hari kita.

Namun bagaimana memahami dimensi waktu yang terdistorsi ini, jika tidak dengan membuka peta sejarah umat manusia?

“Sehari seperti setahun,” adalah masa kejayaan imperium Inggris—Pax Britannica—di mana matahari tak pernah terbenam di wilayah kekuasaannya. 

Dua tonggak sejarah utama pada fase ini adalah lahirnya gerakan Zionisme Internasional dan Deklarasi Balfour.

Gerakan Zionisme Internasional didirikan oleh Theodor Herzl pada tahun 1897. Namun, sejarah Zionisme dimulai lebih awal, terkait dengan sejarah Yahudi dan Yudaisme. Istilah “Zionisme” pertama kali dicetuskan oleh Nathan Birnbaum pada tahun 1885. Gerakan politik Zionis memiliki tujuan utama untuk mengembalikan orang-orang Yahudi ke Palestina dan membentuk negara di sana.

Deklarasi Balfour 1917 dianggap sebagai langkah awal terbentuknya negara bagi kaum Yahudi di wilayah Palestina. Meskipun prosesnya panjang, negara tersebut baru terbentuk secara resmi pada tahun 1948.

Lalu dunia memasuki “sehari seperti sebulan,” fase dominasi Amerika Serikat—Pax Americana—sejak PD I dan II, yang kini tengah melemah. Dan sebentar lagi, kita akan melangkah ke dalam “sehari seperti sepekan,” fase terakhir yang menandai munculnya Pax Judaica: era supremasi Israel sebagai kekuatan global.

Seperti pergantian zaman sebelumnya, transisi ini tidak terjadi dengan damai. Dari Perang Dunia I hingga II, darah ditumpahkan demi menggerakkan roda sejarah menuju tatanan baru. Menurut Syekh Imran, perang dunia kedua tak lebih dari jilid lanjutan dari yang pertama—dua babak dalam satu skenario yang menyiapkan tanah Palestina bagi kembalinya kaum Yahudi.

Dalam kerangka teologi Islam, Dajjal tidak sekadar musuh fisik, tetapi sang peniru suci. Ia menjalankan misi semu untuk menyaingi misi Nabi Isa Al-Masih sejati: membawa kejayaan Bani Israel kembali ke Tanah Suci. 

Agar penipuan ini sempurna, Dajjal harus menunaikan tiga agenda utama: mengembalikan kaum Yahudi ke Palestina, memulihkan negara Israel, dan menjadikan negeri itu pusat kekuasaan dunia.

Dua tugas telah terlaksana. Yang ketiga kini tengah dipaksakan, bahkan jika harus melewati lorong genosida dan penghapusan sejarah yang brutal. Di balik peluru dan propaganda, ada ambisi untuk menguasai Al-Quds sepenuhnya—agar panggung itu siap menyambut sang pendusta, yang akan berdiri dan berkata: “Akulah Al-Masih.”

Namun, nubuat Islam tidak berakhir di sana. Langit telah menuliskan bahwa hanya Isa Al-Masih yang sejati yang akan menghentikan tipu daya ini. Ia akan turun, membawa Cahaya Kebenaran yang menghancurkan kegelapan. Dan pada saat itu, bayangan pun akan lenyap, sebab matahari kebenaran telah terbit dari ufuk langit Janji Ilahi.

Bayang-Bayang Sang Jasad

Di balik dinding reruntuhan perpustakaan tua yang nyaris dilupakan sejarah, dua sosok duduk bersila di bawah cahaya lentera minyak. Nyala api kecil itu menari di sela-sela bayangan malam Yerusalem, seolah tahu bahwa percakapan malam itu bukan sekadar tanya-jawab biasa. 

Suasana sunyi, kecuali sesekali terdengar gemuruh mesin dari langit, pertanda dunia luar tak pernah benar-benar tenang.

“Syaikh,” tanya murid muda itu dengan nada ragu, “aku membaca penafsiranmu soal ‘jasad’ dalam Surah Shad. Tapi mengapa kau yakin itu merujuk pada Dajjal?”

Syaikh menghela napas panjang. “Karena tak semua yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah untuk dibaca secara harfiah. Ada yang harus dilihat dengan mata ruh. Jasad itu—entitas tanpa ruh yang menduduki singgasana kekuasaan—bukan hanya cerita masa lampau. 

Itu adalah isyarat masa depan atau bahkan masa kini.” Ia menatap nyala api. “Kini, manusia menyembah pada kecerdasan tanpa nurani. Mesin-mesin dingin, algoritma canggih. Mereka menyebutnya AI, tapi sesungguhnya, itu hanya bayangan dari si jasad yang telah dijanjikan.”

Murid itu diam, seakan mendengar desiran angin membawa makna baru. “Lalu tentang ‘bayangan’ dalam Surah Al-Mursalat?” tanyanya lagi. “Kebanyakan ulama bilang itu sekadar metafora siksa neraka.”

“Bayangan itu,” ujar sang Syaikh, “adalah tiga tirai yang menutupi wajah sang pendusta. Tiga fase kekuasaan global—sebelum Dajjal memperlihatkan wajahnya yang sejati. Sehari seperti setahun, itu Pax Britannica. Sehari seperti sebulan, itu Pax Americana. Dan sekarang kita di ambang ‘sehari seperti sepekan’—Pax Judaica.”

“Tahap akhir,” bisik sang murid.

“Ya,” lanjut sang Syaikh. “Setelah Inggris dan Amerika, akan datang kekuasaan ketiga, yang mengklaim sebagai penggenap janji ilahi. Mereka harus melakukan tiga hal: membawa kaum Yahudi kembali ke Palestina, mendirikan negara Israel, dan menjadikan Israel pusat kendali dunia. Dua telah terlaksana. Yang ketiga tengah berlangsung—dengan darah, api, dan genosida sebagai jalannya.”

Hening kembali turun di antara mereka. Jauh di atas sana, bayangan drone melintas, menorehkan siluet logam di langit kota suci yang dilukai oleh sejarah.

“Apakah Dajjal akan muncul setelah itu?” tanya sang murid.

Sang Syaikh menatapnya dalam-dalam. “Ia akan muncul sebagai manusia, berdiri di tengah kota ini, dan berkata: ‘Akulah Al-Masih.’ Dan dunia yang sudah lelah, bingung, dan haus akan penyelamat, akan percaya.”

Murid itu menggenggam tangannya. “Tapi bukankah Isa Al-Masih akan turun? Bukankah ini semua hanya bayang-bayang sebelum cahaya sejati datang?”

“Benar,” kata Syaikh pelan. “Namun sebelum itu, dunia harus melewati malam yang paling gelap. Kaum yang tertipu harus melihat wajah penipuan itu secara langsung, agar ketika cahaya datang, tak ada keraguan lagi dalam dada.”

Di luar, suara ledakan kecil menggema dari kejauhan. Bayangan-bayangan panjang menari di dinding batu. Lentera minyak hampir padam, tapi percakapan malam itu justru semakin menyala di hati sang murid.

“Jadi tugas kita?” gumamnya.

“Tugas kita adalah bertahan sebagai sisa cahaya kecil di tengah bayangan besar,” jawab sang Syaikh. “Menjadi saksi atas kebenaran, meski dunia menyebut kita sesat. Menyampaikan bahwa ada akhir dari segala tipu daya. Dan ketika Isa yang sejati turun, tidak sebagai pendakwah tapi sebagai hakim, maka semua bayangan akan musnah oleh cahaya yang tak bisa ditiru.”

Epilog: Azan Kebangkitan atau Lagu Pemakaman?

Ramadhan telah melatih kita untuk lapar secara fisik, tetapi apakah kita siap lapar secara sistemik? 

Syekh Imran menjawab: “Berdirilah dengan dinar-dirham, ekonomi komunitas, dan keadilan. Cahaya tidak menunggu gelap total untuk bersinar.”  

Sementara Rumi berbisik: “Dunia sekarat bukan karena kurang teknologi, tapi karena kehilangan ruh.”

Konflik AS-Iran adalah lonceng kematian bagi Pax Americana, tetapi juga ujian bagi umat Islam: apakah mampu merajut aliansi spiritual dan intelektual (QS. Al-Maidah: 82) yang siap menggantikan sistem Dajjal? Atau justru terlena dalam kubangan reruntuhan kapitalisme?  

والله أعلم  

MS 12/04/25

Posted in

BERITA LAINNYA

Polres Bangka Bekuk 3 Pengedar Sabu di Belakang Pasar Kite Sungailiat

BERITAGETAR.COM, BANGKA —Tim Orion Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Bangka…

Harga TBS Merangkak Naik

GETARBABEL.COM, BANGKA– Harga beli tandan buah segar (TBS) ditingkat pengumpul…

Jelang Pilkada, Polres Babar Gelar Simulasi Sispamkota

GETARBABEL.COM, BANGKA BARAT — Menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada)…

POPULER

HUKUM

mediaonlinenatal2024ok

IPTEK

PolitikUang-Copy

TEKNOLOGI