Pj Bupati Bangka Siap Resmikan Kawasan Semenggah Parit Pekir Sungailiat, Bebaskan dari Kekumuhan
By beritage |
GETARBABEL.COM, BANGKA — Pj Bupati Bangka M Haris AR diagendakan…
Saturday, 8 November 2025
Oleh: Institut Kosmologi dan-Eskatologi Profetik (IKEP)
“Sukses adalah mati masuk surga.” Pernyataan profetik Purbaya Yudhi Sadewa ini bukan sekadar refleksi personal, melainkan kompas navigasi di tengah turbulensi transisi Indonesia.
Jika artikel sebelumnya menelusuri medan soft power geopolitik dan jantung hard power pembenahan sistem, maka fase ini menghadirkan ujian sejati: apakah transformasi mampu bertahan dalam gejolak kekuatan lama yang berusaha mempertahankan hegemoninya?
Dalam kosmologi Jawa, transisi antara Kalabendu dan Kalasuba selalu ditandai gejolak dahsyat. Indonesia kini berada di persimpangan ini—di antara pusaran global yang penuh ketidakpastian dan arus internal yang mempertanyakan arah baru kekuasaan.
Di tingkat global, peta kekuatan ekonomi dan energi bergeser; sementara di tingkat nasional, tanda-tanda turbulensi terlihat jelas dari interaksi para elite yang tak lagi menyembunyikan perbedaan visi.
Pernyataan-pernyataan Purbaya di berbagai forum, terutama terkait ketegangan antara kebijakan fiskal dan investasi, bukan hanya menunjukkan kerentanan fondasi ekonomi nasional, tetapi lebih dalam lagi: pertarungan antara mentalitas Kalabendu yang mengaburkan batas negara-korporasi, dengan tata kelola baru yang menegaskan akuntabilitas dan keadilan.
Di sinilah visi “sukses adalah mati masuk surga” menemukan konteksnya, sebagai penanda bahwa perjuangan transisi bukan sekadar tentang kebijakan, tetapi tentang pemulihan jiwa bangsa.
TEKANAN DARI DALAM DAN LUAR: PURBAYA DI PUSARAN SISTEM
Purbaya Yudhi Sadewa kini berdiri di tengah badai. Setelah reformasi fiskal dan penolakan penyelamatan proyek Whoosh dari APBN, kini ia menghadapi tekanan dari berbagai arah: korporasi besar, elit politik, bahkan sebagian kolega kabinet.
Di ruang publik, ia menegaskan arah perubahan dengan pernyataan yang mengguncang: “Sebelum pelantikan, saya bilang ke Presiden: Pak, boleh enggak saya obrak-abrik?”
Kalimat ini bukan sekadar metafora, melainkan blueprint politik baru: bahwa reformasi fiskal dan transparansi negara tidak mungkin terjadi tanpa keberanian mengguncang status quo.
KEMANDIRIAN MONETER DAN RESISTENSI GLOBAL
Salah satu pernyataan Purbaya yang paling tajam muncul ketika ia menyinggung soal penguasaan sumber daya nasional oleh asing:
“Saya sedih dalam hati setelah melihat data: penghasilan emas kita habis diambil asing. PT Freeport menghasilkan 2,8 ton emas per tahun, Indonesia hanya mendapatkan 0,03%.”
Pernyataan ini mengguncang sektor energi dan investasi global. Di baliknya, tersimpan pesan tentang kemandirian moneter dan politik keuangan yang lebih berdaulat.
Ia bahkan mengungkapkan bagaimana pandemi 2021 menjadi test case global atas daya tahan ekonomi Indonesia: “Covid 2021 itu seharusnya menghancurkan ekonomi kita. Tapi kita bertahan karena ada intervensi moneter dan fiskal. Jika tidak, peristiwa 98 akan terulang. Untung rakyat tidak tahu, dan memang tidak harus tahu. Berbahagialah orang-orang yang tidak mengerti.”
Ungkapan ini tidak hanya menyingkap dilema etis para teknokrat: antara kerahasiaan strategi makro dengan hak publik atas transparansi, tetapi juga tentang kemandirian moneter dan fiskal di tengah tekanan global.
DIALOG PANAS: KETIKA POLITIK LAMA DIUJI
Salah satu momen paling menentukan, ketika seorang petinggi partai besar berkata: “Jangankan sekelas menteri, sekelas Presiden pun bisa kami lengserkan bila tak sejalan dengan DPR.”
Purbaya menjawab dengan tenang namun tajam: “Saya lebih dari sejalan, saya langsung dengan rakyat, bukan dengan wakil rakyat.”
Dialog ini mencerminkan tabrakan dua paradigma: politik representasi versus politik moralitas. Di sinilah Purbaya tampil bukan hanya sebagai teknokrat, tapi juga moral force yang mengembalikan arah politik kepada nurani rakyat.
ANTARA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI INVESTASI
Dalam sebuah forum terbuka yang disiarkan publik, Purbaya menegur keras kebijakan subsidi dan realisasi dana pembangunan: “Subsidi harus tepat sasaran, jangan ada yang main-main! Target pertumbuhan 6% Presiden Prabowo akan gagal jika pejabat hanya mencari untung pribadi.”
Ia lalu membeberkan data konkret: “Dari total sub 489,8 triliun, baru terpakai 218 triliun. Sisanya ke mana?”
Pernyataan itu memancing reaksi langsung dari Menteri Investasi yang mencoba menenangkan situasi dengan dalih bahwa angka-angka tersebut masih dalam proses administrasi. Namun publik tahu, suasana sudah memanas.
Inilah bukti bahwa turbulensi transisi bukan isu fiktif; ia nyata di tengah benturan antara idealisme teknokratik dan kepentingan birokratik.
SIDANG KABINET: KONFRONTASI FISKAL DAN INTEGRITAS
Ketegangan berlanjut dalam suatu sidang kabinet. Kali ini antara Purbaya dan salah satu menteri senior yang dikenal mengoordinasikan sejumlah proyek strategis nasional.
Di hadapan Presiden dan jajaran menteri, Purbaya mempersoalkan proyek energi hijau senilai triliunan rupiah yang belum dapat dipertanggungjawabkan.
“Ini buktinya, Pak. Ada tiga proyek energi hijau tanpa laporan akhir. Dana sudah cair penuh, tapi hasilnya nihil.”
Menteri senior itu menanggapi dengan suara menahan emosi: “Itu hanya kesalahan administrasi, semua dalam proses perbaikan.”
Purbaya menjawab dengan tenang namun tegas: “Saya tidak bermaksud menjatuhkan siapa pun, tapi saya tidak bisa membiarkan keuangan negara bocor di tangan orang yang seharusnya menjaganya.”
Keduanya akhirnya diam. Presiden memberi isyarat untuk memeriksa seluruh laporan. Namun publik tahu, badai itu telah dimulai.
Dua momen forum terbuka dengan Menteri Investasi dan konfrontasi di sidang kabinet, kini menjadi simbol satu hal: turbulensi di masa transisi.
UJIAN AKHIR KALASUBA
Kalimat singkat namun sarat makna: “Jangan sentuh kepolisian”, menandai puncak gejolak fase transisi yang mereflekaikan tarik-menarik kekuatan lama yang masih berusaha mempertahankan pengaruhnya.
Jika proyek Whoosh menjadi ujian pertama Kalasuba dalam ranah fiskal, maka reformasi kepolisian akan menjadi ujian akhir dalam ranah kekuasaan dan moral.
Dari sini akan ditentukan: apakah Indonesia benar-benar melangkah menuju tata kelola yang bersih yang dibutuhkan untuk mencapai kalasuba, atau kembali terjerat dalam bayang-bayang Kalabendu.
EPILOG: BADAI ADALAH JALAN MENUJU FAJAR
Fenomena Purbaya bukan sekadar dinamika birokrasi; ia adalah simbol jihad akbar bangsa ini di masa transisi. Badai turbulensi ini bukan pertanda kehancuran, melainkan proses tazkiyah; penyucian jiwa kolektif sebelum fajar Kalasuba tiba.
Dalam fase sejarah seperti sekarang, konsep geoprofetik menemukan relevansinya. Ia bukan sekadar tawaran intelektual, melainkan kesadaran etis bahwa arah kebijakan dan ilmu pengetahuan bangsa harus kembali pada misi kenabian: memihak yang lemah, menjaga keseimbangan bumi, dan menolak logika eksploitasi yang membungkus diri dengan jargon pembangunan.
Frasa “Sukses adalah mati masuk surga” yang diucapkan Purbaya bukan slogan fatalistik, tetapi kritik paling tajam terhadap orientasi modern yang menilai keberhasilan dari angka dan kekuasaan.
Ia mengembalikan orientasi perjuangan bangsa kepada ukuran profetik, bahwa keberhasilan sejati bukanlah selamat di dunia, tetapi selamat di hadapan Tuhan setelah menunaikan amanahnya di dunia.
“Kalau kebenaran dianggap serangan, mungkin kita terlalu lama hidup dalam kebohongan,” ujar Purbaya dalam salah satu refleksinya.
Kalimat ini menutup seluruh narasi dengan gema spiritual yang kuat. Politik bukan lagi sekadar alat kekuasaan, tapi jalan penyucian bangsa.
Badai itu memang sudah datang, dan arah angin sudah berubah; menuju terang yang dijanjikan. Karena pada akhirnya, dalam pusaran transisi yang penuh ujian ini, bangsa yang bertahan bukanlah yang paling kuat atau paling kaya, tetapi yang paling jujur menimbang ulang makna sukses itu sendiri.
Dan di sanalah pesan profetik menemukan puncaknya: Sukses bukanlah siapa yang menang hari ini, tetapi siapa yang pulang dengan amal yang diterima di sisi Tuhan.
والله اعلم
🌐 Institute of Prophetic Cosmology and Eschatology (IPCE)
Kolaborasi Manusia–AI dalam Serial INDONESIA DALAM GEJOLAK TRANSISI GLOBAL
Cirebon, 24 Oktober 2025
Posted in SOSBUD
GETARBABEL.COM, BANGKA — Pj Bupati Bangka M Haris AR diagendakan…
GETARBABELCOM, PANGKALPINANG- Wakil Gubernur (Wagub) Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel),…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Kepolisian Resor Bangka dalam hal ini Satuan…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…