Shaum dan Ibadah Ramadhan Rasulullah SAW  (29): Sholat Idul Fitri

images (1)

Oleh : Abdullah Hehamahua || Penasehat KPK (2005-2013 || Aktivis dan Politikus Islam

ALHAMDULILLAH, jumpa lagi dalam rubrik: “Shaum dan Ibadah Ramadhan Rasulullah SAW. Penulis berharap, pada malam ke-29 ini, peluang terakhir untuk memeroleh lailatul qadar, memotivasi kita untuk bersungguh-sungguh beribadah, baik secara ubudiyah, maupun muamalah. 

       Salah satu indikatornya, masalah zakat fitrah seluruh anggota keluarga sudah selesai, baik diserahkan ke masjid/mushalla terdekat, maupun langsung ke para mustahik. Bahkan, pakaian lebaran untuk anak cucu pun sudah selesai. Ibu-ibu juga sudah selesai penyediaan kue lebaran. Malam ini, kita kosentrasi hati, pikiran, dan pancaindera dalam menyambut lailatul qadar.

         Penulis, dengan pemikiran, pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan perilaku seperti itu, mengkomunikasikan seri ke-29 ini: SHALAT IDUL FITRI.

Hakikat Idul Fitri

         Rasulullah SAW mengakhiri ibadah ramadhan dengan shalat Idul Fitri. Rasulullah SAW  dalam kontek ini, mengajak seluruh umat Islam shalat sunat Idul Fitri di lapangan sebagai pernyataan kesyukuran ke Allah SWT. 

        Indikator kesyukuran tersebut di Indonesia ditunjukkan dengan banyak penduduk yang mudik untuk berjumpa keluarga besar. Mereka, baik yang mudik maupun tidak, sibuk menyediakan baju lebaran, makanan, dan kue-kue kesukaan, tanpa peduli, apa hakikat Idul Fitri itu sendiri.

       Idul fitri berasal dari dua kata yakni “id” dan “al fitri” Perkataan “id” berasal dari kata “ada – ya’uudu” yang artinya “kembali.” Dalam bahasa Arab; kata “id” selalu dimaknai sebagai “hari raya.” Perkataan “al fitri ” mengandung dua makna juga, yakni “suci” dan “berbuka.” Suci bermakna bersih dari segala dosa, kesalahan dan keburukan. Sebab, fitri berasal dari kata “fitrah” yang berarti kembali ke keadaan semula atau fitrah manusia.

         Idul Fitri, berdasarkan pengertian di atas maka hakikatnya, setiap muslim/muslimah yang beridul fitri, lahir kembali tanpa noda dan dosa. Aplikasinya, sesudah 1 Syawal, setiap muslim/muslimah taat secara ubudiyah dan berkinerja optimal secara muamalah. 

        Indikator ubudiyahnya antara lain; shalatnya “on time,”  berjamaah di masjid atau mushalla. Dia pun tidak tinggalkan shalat sunat, baik rawatib, dhuha, maupun tahajjud. Dia juga rajin shaum sunat, baik shaum senin kamis, tanggal 13, 14, dan 15 bulan  Hijriyah, maupun shaum nabi Daud. 

         Indikator muamalahnya, antara lain: hubungan suami isteri, anak, dan mertua bertambah harmonis; Hubungan dengan tetangga, semakin rukun dan akrab; Di kantor, kinerjanya meningkat secara signifikan. Sebab, dia selalu awal masuk kantor. Semua tugas dilakukan dengan baik, sesuai SOP yang ada dan tanpa KKN. 

Perilaku Pasca Ramadhan

        Fakta di Indonesia menunjukkan, amalan shaum Ramadhan dan perilaku warga pasca Idul Fitri, laksana siang dan malam. Masjid dan mushalla kembali sepi. Angka kecelakaan lalu lintas, tetap tinggi. KDRT masih terjadi. Narkoba tetap beredar, bahkan sampai di kantor pejabat publik. Korupsi semakin menggila. Bahkan, Jokowi, dilantik UCCRP sebagai koruptor nomor dua peringkat dunia.

      Fakta dan phenomena di atas menunjukkan bahwa, Indonesia masih diselimuti pelbagai masalah, baik di sektor pendidikan, politik, maupun ekonomi. Konsekwensi logisnya, target shaum, “muttaqin”  tidak tercapai. 

       Maknanya, pelaksanaan shaum ramadhan tidak mengikuti SOP Al-Qur’an dan As-Sunnah. Padahal, sudah puluhan tahun, 90% rakyat Indonesia yang beragama Islam melaksanakan shaum Ramadhan. Namun, Indonesia masih tidak baik-baik saja. Dua faktor sebagai penyebabya. 

       Pertama, shaum kita tidak berdasarkan SOP yang ada sehingga target takwa, tidak tercapai. Kedua, shaum dilaksanakan sesuai SOP, tetapi pada 1 Syawal, tingkah laku kita kembali “konyol.” Dampak negatifnya, semua usaha dan perjuangan selama Ramadhan, buyar. 

Adab Idul Fitri

        Idul Fitri bisa sinerjik dengan shaum Ramadhan, jika kita mengikuti adab-adab Rasulullah SAW. Kalau pun terlambat diketahui, tips ini bisa digunakan tahun depan, jika Allah SWT menakdirkan, kita berjumpa lagi dengan ramadhan:

1.   Malam takbir, jangan disibukkan dengan menghias rumah dan menyediakan kue lebaran. Sepatutnya, hiasi rumah seadanya sebelum bulan Ramadhan. Jangan sibuk belanja pakaian baru di mal atau supermarket dalam bulan Ramadhan, apalagi pekan terakhir. Biasakan untuk menyediakan pakaian lebaran anak-anak, dua tiga bulan sebelum Ramadhan. Sebab, selain harganya murah, fokus ibadah Ramadhan kita tidak terganggu.

2.   Pastikan zakat fitrah sudah dikeluarkan, selambat-lambatnya sebelum shalat Idul Fitri dimulai. Ini dimaksudkan agar setiap muslim/muslimah pada hari raya dalam keadaan gembira, tidak lapar, haus, dan sedih.

3.  Disunatkan mandi sebelum menuju lapangan, dan mengenakan pakaian terbagus yang dimiliki (tidak harus baju baru). 

4.  Shalat Idul Fitri (dan juga shalat Idul Qurban) dilaksanakan di lapangan, bukan di masjid, kecuali turun hujan. Sebab, Rasulullah SAW menggalakkan kaum perempuan dan anak-anak, termasuk mereka yang sedang haid untuk menghadiri shalat Idul Fitri. Maksudnya, agar mereka bisa mendengar khutbah yang disampaikan khatib. Konsekwensi logisnya, kaum perempuan yang sedang haid, duduk terpisah dari kaum perempuan yang shalat.

5.  Disunatkan sarapan sekedarnya sebelum berangkat menuju tempat shalat. Berbeda dengan shalat Idul Qurban di mana disunatkan shaum pada pagi hari dan baru buka ketika selesai shalat di lapangan.

6.  Umat Islam, dalam perjalanan menuju lapangan, hendaknya bertakbir sampai shalat dimulai. Takbir ketika shalat Idul Fitri, dimulai pada malam takbir dan berakhir sewaktu selesai shalat Idul Fitri. Takbir dalam shalat Idul Adha, dimulai sejak malam takbir dan berakhir pada maghrib hari terakhir dari tiga hari tasyrik.

7.  Jamaah ketika tiba di lapangan, langsung duduk tanpa shalat sunat tahiyatul masjid. Sebab, shalat dilaksanakan di lapangan, bukan di dalam masjid.

8. Jamaah, selesai shalat Idul Fitri dua rakaat, jangan ”ngobrol,” apalagi meninggalkan tempat shalat. Sebab, rukun shalat idul Fitri adalah mendengar khutbah. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW meminta semua umat Islam, baik laki-laki, perempuan (termasuk yang sedang haid dan nifas), maupun anak-anak datang ke lapangan untuk mendengar khutbah. 

9. Jamaah, ketika kembali ke rumah, disunatkan agar menempuh jalan yang berbeda dengan ketika datang. Hal ini dilaksanakan Rasulullah SAW sebagai salah satu cara memperluas silaturrahim dengan pelbagai umat Islam.

10. Adab makan minum tetap memerhatikan sunah Rasulullah SAW. Konsekwensi logisnya, lebaran tidak merupakan pesta makan minum atau balas dendam karena pelbagai larangan selama Ramadhan.

11. Perilaku selama Ramadhan, seperti shalat tepat waktu, tahajjud, dan menutup aurat bagi perempuan, tetap dipertahankan sesudah Idul Fitri. Dampak positifnya, kita tidak dikategorikan sebagai munafik. Dampak positif lanjutannya, pengaruh shaum Ramadhan bisa kelihatan pada 11 bulan berikutnya.

Simpulan

1. Idul Firi adalah perayaan umat Islam atas kemenangannya dalam menjalankan shaum Ramadhan selama sebulan.

2. Shaum Ramadhan yang berhasil adalah seseorang setelah 1 Syawal menjadi orang jujur, disiplin, bertanggung jawab dan Amanah. Dampak positifnya, kinerja pribadinya meningkat secara gradual. Dampak positif lanjutannya, kinerja perusahaan dan kementerian tempat dia berkhidmat, juga meningkat. Perkataan lain, kesalehan spritual selama Ramadhan, berbanding lurus dengan kesalehan sosial setelah selesai Ramadhan

3. Seseorang memperoleh Lailatul Qadar, jika setelah 1 Syawal, perilakunya adalah individu yang memiliki kesalehan spritual berbanding lurus dengan kesalehan sosialnya.

       Marilah, kita menghadapi dan melalui malam ke-29 ini dengan khusyuk sehingga medali taqwa dapat diraih pada 1 Syawal nanti. In syaa Allah !!!. (Masjid As-Salam, Depok, 28 Maret 2025).

(foto: ilustrasi/IST)

Posted in

BERITA LAINNYA

Ke Toilet Membawa HP yang Terinstall Al-Qur’an, Bolehkah?

Handphone (HP) atau smartphone menjadi perangkat yang tidak bisa dipisahkan…

Kasus Penggelapan Dana PWI, Mantan Sekjen PWI Penuhi Panggilan Penyidik

GETARBABEL.COM, JAKARTA — Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Wartawan Indonesia…

Wamen Viva Yoga: Sinergi Merealisasi Visi Presiden Prabowo Membangun Kedaulatan Pangan

GETARBABEL.COM, JAKARTA – “Kita optimis cita-cita bangsa Indonesia mampu swasembada…

POPULER

HUKUM

mediaonlinenatal2024ok

IPTEK

PolitikUang-Copy

TEKNOLOGI