Ciptakan Generasi Emas, Program Makan Sehat Bergizi Digelar di SDN 33 Mendo Barat
By beritage |
GETARBABEL.COM, BANGKA – Program Makan Sehat dan Bergizi, yang merupakan…
Wednesday, 15 October 2025
Oleh: Edi Irawan, ST || Balitbang DPD Partai Demokrat Bangka Belitung
Prostitusi Online yang kian marak. Hubungan sesama jenis yang semakin menyeruak. Tuntutan sosial yang begitu kejam untuk anak muda sehingga harus ‘menjajakan’ vagina. Adalah fenomena yang tak habis dibedah untuk mendapatkan benang merah. Sepertinya pengetahuan itu dikutuk untuk tidak dapat menyelesaikannya. Ditambah dengan slogan ‘dak kawa nyusah’ bak rempah dan garam bagi status sosial yang pas menjadi menu makanan yang ‘memang lamban dalam memaknai peradaban’.
Kali ini, penulis ingin menyajikan sebuah angka prediksi distributif untuk pembaca. Tiga tahun ke depan, Kota Pangkalpinang akan hadir 390 penderita baru HIV dan AIDS. Apabila pembaca ingin menelusuri prediksi ini, dapat melihat metodologi Proyeksi Regresi Linear oleh Sir Francis Galton (1911). Beliau memperkenalkan teori ini untuk menjangkau masa depan berdasarkan data empiris. Matematika adalah gambaran yang dapat membuka ruang diskusi yang terukur dan disiplin untuk menarik kesimpulan. Bukan persoalan benar atau salah, tapi empati untuk menyelesaikan masalah dengan cara mendekatinya dengan metematika.
Penyakit menular yang sebagian besar terjadi akibat aktifitas seksual yang tiada obat. Menunggu kering dan iritasi hebat sebelum malaikat merobek nadi hingga nafas terhenti. 390 orang ini bukanlah angka yang kecil. Setiap tahunnya, hampir 100 orang yang tertular. Pangkalpinang ini sangat kecil.
104 Kilometer Persegi hanya luasnya, 244.000 (Dua Ratus Empat Puluh Empat Ribu) jumlah penduduknya, 48.000 (Empat Puluh Delapan Ribu) jumlah pemuda yang berada di dalamnya. Angka 48.000 tersebut adalah angka produktif untuk melakukan aktifitas sosial. Bayangkan saja, ada 828 orang dari 48.000 itu yang mengidap positif HIV/AIDS.
Setiap orang/individu masyarakat dapat menjangkau luas ruang kota sebesar 20 Kilometer Persegi. Termasuk penderita HIV di dalamnya. Artinya, setiap hari, kita berpapasan dengan si penderita HIV/AIDS. Kita hidup di dalamnya bersama-sama. Kita menjalani aktifitas sosial juga bersama-sama. Kita saling membantu dan melakukan banyak hal secara bersama-sama.
Memang sepertinya terdengar agak mengerikan. Namun ini adalah fakta yang mampu terungkap dalam struktur argumentasi matematika. Kita hidup di dalamnya. Tertawa, bercengkrama, mungkin jatuh cinta dan akhirnya menikah. Tak jarang pula, ada seorang perempuan yang tidak pernah melakukan aktifitas seksual kepada orang lain selain suaminya, malah positif HIV. Sangat memilukan.
Semua ini hanya bisa dilawan dengan pendidikan. Semua ini hanya bisa dilawan dengan empati. Semua ini hanya bisa dilawan dengan penegakan hukum yang berjalan. Semua ini dapat dilawan dengan bekal kecerdasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap insan. Fenomena ini bukanlah hal yang patut kita abaikan. Tidak ada ruang untuk membatasi hak asasi mereka yang sudah positif HIV. Namun tulisan ini adalah upaya untuk menjaga hak dan martabat setiap insan guna mengawali sikap hidup yang konkret untuk menekan jumlah pertumbuhan angka dari HIV/AIDS. Si penyandang tetaplah bagian dari masyarakat. Hak sebagai warga negara tetap akan terus melekat hingga akhir hayat. Hanya saja, memusuhi profesi laknat adalah tanggung jawab kita sebagai bangsa yang beradab.(*)
Posted in SOSBUD
GETARBABEL.COM, BANGKA – Program Makan Sehat dan Bergizi, yang merupakan…
Kamboja—Indonesia kembali menambah pundi-pundi emas. Sampai dengan malam ini, Minggu…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Kepolisian Resor Bangka terima siswa Bintara Polri…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…