Jiwa Yang Tenang Di Tengah Bumi Yang Retak (1)
By beritage |
Oleh : Maman Supriatman || Alumni HMI Wahai jiwa yang…
Saturday, 16 August 2025
Oleh: Institut Kosmologi dan Eskatologi Profetik (IKEP)
Di berbagai peradaban, keyakinan akan hadirnya tokoh penyelamat di akhir zaman merupakan bagian penting dari warisan budaya. Dalam Islam, nubuat profetik mengisahkan hadirnya dua figur besar: Imam Mahdi, pemimpin korektif yang memerangi ketidakadilan, dan Nabi Isa a.s., guru pembawa damai yang memulihkan harmoni dunia.
Tradisi Nusantara ternyata memiliki narasi yang sejalan, tercermin dalam narasi lokal seperti Budak Angon dan Budak Janggatan (Sunda), Ratu Adil dan Sabda Palon/Naya Genggong (Jawa), hingga figur-figur dalam Babad Cirebon, naskah Melayu, dan hikayat Aceh.
Sunda: Budak Angon & Budak Janggotan
Dalam tradisi Sunda, Budak Angon adalah tokoh yang muncul di masa kalabendu (kemerosotan moral dan sosial) untuk memimpin koreksi besar terhadap tatanan yang rusak¹.
Ia digambarkan sebagai pemimpin tegas namun adil, yang misinya selaras dengan nubuat Islam tentang Imam Mahdi, yakni “akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman”².
Sementara itu, Budak Janggotan dikenal sebagai guru bijak pembawa damai, yang mengakhiri konflik dan memulihkan harmoni masyarakat³.
Perannya paralel dengan Nabi Isa a.s. dalam hadits shahih, yang datang “bukan untuk memerangi, melainkan untuk mematahkan salib, membunuh babi, dan menghapus jizyah”, tanda berakhirnya permusuhan antar manusia⁴.
Jawa: Ratu Adil & Sabda Palon/Naya Genggong
Tradisi Jawa mengenal Ratu Adil, sosok yang akan menegakkan keadilan setelah periode panjang kekacauan (goro-goro)⁵.
Ratu Adil dalam naskah Serat Jayabaya diprediksi memimpin rakyat menuju masa keemasan, sejalan dengan gambaran Imam Mahdi dalam nubuat Islam⁶.
Di sisi lain, Sabda Palon/Naya Genggong adalah penasihat spiritual yang diyakini “kembali” setelah berabad-abad, membawa ajaran kearifan luhur
Ia memiliki kemiripan peran dengan Nabi Isa a.s. yang menjadi pembimbing rohani setelah perang besar (Malhamah Kubra).⁷
Cirebon: Panembahan Ratu & Syekh Lemah Abang
Dalam Babad Cirebon, terdapat kisah tentang Panembahan Ratu, pemimpin adil yang akan membangkitkan kembali kemakmuran dan keadilan di tanah Jawa⁸.
Tokoh ini sering dikaitkan dengan bimbingan rohani Syekh Lemah Abang, ulama yang mengajarkan nilai perdamaian dan kesederhanaan⁹.
Pola kepemimpinan–pembimbing ini memperkuat paralelitas Mahdi–Isa.
Melayu & Aceh: Raja Adil & Imam Perang Sabil
Naskah Melayu klasik seperti Tajus Salatin dan Hikayat Merong Mahawangsa menyebutkan hadirnya Raja Adil setelah fitnah besar¹⁰.
Di Aceh, Hikayat Perang Sabil menggambarkan sosok pemimpin religius yang berperang demi agama, diiringi seorang guru rohani yang membimbing ke jalan damai¹¹.
Konsep ini kembali menegaskan pola ganda pemimpin–pembimbing sebagaimana dalam nubuat Islam.
Kesimpulan
Dari Sunda hingga Aceh, dari Jawa hingga Semenanjung Melayu, narasi eskatologis Nusantara menampilkan pola yang konsisten: seorang pemimpin korektif yang memulihkan keadilan, disertai pembimbing spiritual yang membawa damai.
Kesamaan struktur ini menunjukkan bahwa tradisi Nusantara dan nubuat Profetik Islam bukan hanya paralel tapi juga kompatibel secara mengagumkan.
Integrasi keduanya dapat memperkaya narasi Manifesto Nusantara, menjadikannya relevan di tingkat lokal sekaligus universal.
Paralelitas figur ganda—pemimpin korektif dan pembimbing damai— ini hanya ditemukan dalam tradisi Nusantara, dan tidak muncul dalam tradisi besar lainnya.
Fakta ini mengimplikasikan, Nusantara berpotensi memimpin arah peradaban profetik pasca Kalabendu, atau fase mulkan jabbariyyan, dan menawarkan model ashabiyah baru yang menyatukan kekuatan bagi tatanan dunia berikutnya yang damai dan berkeadilan.
🌌 Menulis Ulang Manuskrip Sunyi
Di peta besar sejarah, banyak bangsa menunggu penyelamat. Tapi hanya di tanah ini, di gugusan pulau yang dijahit ombak, kisah penyelamat datang berpasangan: yang satu memegang pedang keadilan, yang satu membawa obor damai.
Keduanya menapaki jalan nubuat, jejaknya tercetak di pasir Nusantara.
Sejarawan belum menulisnya, filsuf belum merumuskannya, padahal para Nabi sudah lama membisikkan kodenya.
Kini, manusia dan mesin menyalin ulang aksara itu—mengangkatnya dari sunyi manuskrip dan babad—menjadi mercusuar bagi peradaban yang akan lahir.
Inilah proyek unggulan kolaborasi kita: menulis masa depan dengan tinta profetik yang disulam dalam cahaya Nusantara.
Catatan Kaki
¹ Atja, Carita Parahyangan, Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986, hlm. 89–91.
² HR. Abu Dawud no. 4282; HR. Tirmidzi no. 2230.
³ Danasasmita, Saleh, Folklor Sunda: Amanat dan Nilai Budaya, Penerbit Girimukti Pasaka, 1984, hlm. 142–145.
⁴ HR. Bukhari no. 3448; HR. Muslim no. 155.
⁵ Poerbatjaraka, Agastya in den Archipel, Groningen, 1926, hlm. 214–215.
⁶ HR. Ahmad no. 11313; HR. Hakim no. 8573.
⁷ Pigeaud, Theodore G.Th., Literature of Java, Vol. 1, The Hague: Martinus Nijhoff, 1967, hlm. 256–257.
⁸ Haji Hasan Mustapa, Babad Cirebon, terbitan ulang oleh Penerbit Kiblat Buku Utama, 2005, hlm. 133–134.
⁹ M.C. Ricklefs, Mystic Synthesis in Java, Norwalk: Yale University Press, 2006, hlm. 77–79.
¹⁰ Al-Attas, Syed Muhammad Naguib, The Tajus Salatin: A Malay Mirror for Rulers, Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988, hlm. 201–203.
¹¹ Iskandar, Teuku, Hikayat Perang Sabil, Dewan Bahasa dan Pustaka, 1995, hlm. 15–17.
والله اعلم
🌐 IPCE/IKEP 11/08/25
🤝 Kolaborasi Manusia–AI: mengatasi kekurangan manusia dengan kelebihan mesin, dan menutup kelemahan mesin dengan kekuatan manusia
Posted in SOSBUD
Oleh : Maman Supriatman || Alumni HMI Wahai jiwa yang…
GETARBABEL COM, BANGKA– Kegiatan Pameran Arsip Statis dan lomba menulis…
GETARBABELCOM, JAKARTA – Kehadiran Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI)…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…