Opini || Geng Motor & “Pemberontakan” Sosial Remaja

IMG-20250120-WA0040_11zon

Oleh: AHMADI SOFYAN

KEBERADAAN Geng Motor di Negeri Serumpun Sebalai memang hal yang baru, sebab dulu motor sangatlah jarang dan hanya dimiliki orang-orang tertentu. Paling tinggi yang mungkin ada “geng kerito surong”. Itupun kami anak-anak petani di pedesaan….

KELOMPOK remaja adalah anak-anak beranjak dewasa yang sedang mencari jati diri. Berkumpul, berkelompok, ber-group, lantas mencari dan membuat sensasi adalah bagian dari cara mereka menunjukkan jati diri dan kelompok ditengah kehidupan sosial kemasyarakatan. Remaja memiliki ambisi, keinginan, kebutuhan untuk diperhatikan dan dianggap oleh kelompok masyarakat yang lainnya, sehingga keberadaan geng motor adalah bagian dari “pembrontakan sosial” yang dilakukan oleh kelompok remaja. Hal ini cenderung sering tidak kita pikirkan dan antisipasi mendalam sebagai orang yang sudah dewasa. Kita para orangtua cenderung menyerahkan kepada sekolah. Padahal sekolah saat ini cenderung pengajaran dan kurang dalam didikan. Sebab didikan sedikit “tegas dan keras” membuat para guru dan pihak sekolah sering dilaporkan oleh orangtua murid. Sehingga era sekarang, sekolah cenderung mengajar dan mengurangi mendidik.

Beberapa minggu terakhir ini, marak sekali pemberitaan tentang Geng Motor dikalangan remaja, terutama pelajar di wilayah Kota Pangkalpinang. Aparat kepolisian, baik Kapolres maupun Kapolda Kepulauan Bangka Belitung sigap turun langsung ke lapangan guna antisipasi dan sosialisasi hingga ke sekolah-sekolah. Apakah ini sudah efektif? 

Efektif atau tidak, tapi ini bagian dari kesigapan dan usaha yang dilakukan oleh aparat kepolisian di wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Tentunya harus kita apresiasi dan berikan dukungan. Upaya kepolisian ini harus dimaksimalkan tidak sekedar antisipasi dan sosialisasi, namun harus diiringi dengan tindakan nyata (pemahaman sosial dan empati) dari antisipasi tersebut dengan sinergitas banyak pihak. Sebab psikologi remaja cenderung “dak nenger dipadah”. Oleh karenanya perlu berbagai formula pencegahan dengan berbagai macam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan remaja saat ini.

Keberadaan geng motor pastinya tidak bisa disepelekan, sebab keberadaan mereka jelas meresahkan serta membuat kegaduhan sosial. Menunjukkan kekuatan geng dengan senjata tajam dan kendaraan yang sudah dimodif guna menunjukkan identitas diri dijalanan adalah bagian dari hal yang mengkhawatirkan bagi masyarakat. 

Sebagai seorang pemerhati sosial dan budaya di Negeri Serumpun Sebalai, tentunya saya pribadi cukup risih dengan maraknya keberadaan geng motor. Walau hidup jauh dari kota, yakni di tengah rimbun pohon dan aliran sungai di kebun, saya tetap mengikuti perkembangan kota. Maraknya geng motor pastinya sangat tidak dikehendaki oleh semua pihak, bahkan remaja itu sendiri pun secara nurani tidak menghendaki. Oleh karenanya selain sosialisasi pastinya perlu sinergi antara Kepolisian, TNI, Sekolah, Dinas Pendidikan, Orangtua, Budayawan, Psikolog, Komunitas Sosial dan lain sebagainya. 

Melalui tulisan ringan ini, saya ingin urun rembug beberapa hal yang mungkin bisa menjadi salah satu tindak lanjut dari sosiliasi yang dilaksanakan oleh pihak kepolisian di sekolah-sekolah guna antisipasi kembali terjadinya geng motor di Negeri Serumpun Sebalai, terutama di Kota Pangkalpinang. 

Membuat Ruang Ekspresi Remaja

Sebagaimana yang diungkapkan diatas, remaja ingin menunjukkan jati diri ditengah kehidupan sosial kemasyarakatan. Mereka ingin keberadaannya dianggap namun tidak semua memahami bagaimana cara yang baik guna menunjukkan identitas dan kemampuan diri ditengah masyarakat. Disinilah tugas kelompok masyarakat dewasa untuk memberikan wadah atau ruang berekspresi bagi remaja. 

Remaja yang cenderung “nganggur kegiatan” akan membuat kelompok-kelompok ngumpul. Diawali nyari lokasi sepi, ngerokok bareng, minum bareng, akhirnya membuat sensasi yang meresahkan. Dari mulai mengganggu lingkungan sosial sekitar tempat ngumpul dan yang sedikit bermodal (motor) pastinya mereka memanfaatkan modal tersebut yang akhirnya menjadi sebuah geng dan mempersenjatai diri agar dianggap pemberani dan dewasa. Kelompok remaja “nganggur kegiatan” ini adalah tanggungjawab kita masyarakat kelompok dewasa. Penting bagi kita membuat ruang atau wadah misalnya setiap malam minggu mengadakan kegiatan rutin “ekspresi remaja” di tiap kecamatan dengan melibatkan sekolah, komunitas, TNI/Polri dan Pemerintah. Kelompok remaja bisa dilatih berekspresi positif tanpa memberikan penilaian hebat dan tidak hebat, bagus dan tidak bagus sebab bukan ajang perlombaan. Menurut saya, ruang ekspresi ini penting untuk mereka bisa menunjukkan identitas dan kemampuan diri. Bisa drama, tari, puisi, pantun, memamerkan lukisan dan karya (produk), berjualan, pidato, stand up comedy, permainan, kekompakan kelompok, dan sebagainya. Ruang ekspresi yang saya maksud adalah bagaimana mereka menjadi wadah berekpresi itu sebagai wadah keceriaan yang sangat ditunggu-tunggu. 

Bakti Sosial & Apresiasi Sosial

Remaja “Nganggur Kegiatan” membuat hormon mereka semakin tak terkendali. Terlebih dengan kemajuan teknologi media sosial seperti sekarang ini. Jika tidak segera diantisipasi, maka bukan sekedar geng motor yang berujung tawuran, tapi akan muncul geng-geng lainnya seperti pelecehan, pencurian, dan sebagainya. Energi remaja yang maksimal itu bisa dimanfaatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan bakti sosial yang tidak boleh lupa dan apresiasi sosial kepada mereka setelah berkegiatan tersebut. Bakti sosial dengan melakukan bersih musholla, masjid, gereja, vihara, panti asuhan, dan sebagainya. Tapi tidak cukup bakti sosial, namun harus diberikan apresiasi sosial. Tentunya banyak cara apresiasi sosial yang bisa diberikan kepada remaja. Pembinaan kelompok-kelompok remaja yang terbentuk oleh mereka sendiri, tak perlu dibubarkan, tapi cukup diberikan tanggungjawab, meletakkan seorang pembina sebagai orangtua asuh dari kelompok mereka agar terarah pada kegiatan-kegiatan positif. Mereka remaja sendiri yang membuat kelompok, tujuan kelompok dan kita sebagai orang dewasa tinggal mengarahkan ke jalan yang positif.

Menggalakan Kegiatan Pramuka & Perkemahan Remaja

Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang paling kokoh dan sangat positif adalah Pramuka. Tentunya kegiatan seperti ini harus kembali digalakkan dan perlu diperluas jangkauannya. Sebagai orang yang dulunya sangat aktif dalam kepramukaan, bahkan pernah sampai menjadi Pembina Bersertikat (di Jawa Timur), saya merasakan sendiri bagaimana pengaruh positif Pramuka dalam kehidupan masa remaja bahkan hingga kini walau tak pernah lagi terlibat dalam kepramukaan semenjak pulang ke Bangka Belitung.

Belajar dari kepramukaan ini, bagi remaja yang kurang atau tidak aktif dalam kepramukaan, maka perlu dibuat kegiatan rutin perkemahan bagi remaja dengan berbagai tema. Misalnya tema keberagamaan dengan perkemahan remaja dari semua agama, tema kreativitas dengan perkemahan kelompok kelompok remaja yang memiliki geng kreatif, tema budaya dengan kelompok-kelompok remaja yang mengarah kepada seni budaya, dan berbagai tema-tema yang lainnya. Dengan kegiatan-kegiatan seperti ini, saya punya keyakinan energi yang dimiliki remaja bisa menjadi terwadahi.

Komunikasi Orangtua

Perilaku cuek dan salah didik para orangtua terhadap perkembangan remaja adalah salah satu penyebab munculnya kelompok kenakalan remaja seperti geng motor. Orangtua yang tidak mau repot atau karena terlalu repot, lantas membelikan sepeda motor kepada anaknya dan membiarkan kendaraan tersebut untuk diperlakukan sesuai keinginan sang anak. Orangtua yang terlalu sibuk, tidak peduli, ekonomi rendah, rumah tangga kurang harmonis, lingkungan rumah tangga yang kurang sehat, komunikasi yang tidak aktif dan cenderung nafsi-nafsi, maka akan menumbuhkan sosok remaja yang keluar mencari “hiburan” diri dalam kehidupan sosial. Sebab kehidupan sosial di rumah tidak “asyik” bagi kebutuhan dan kenyamanan remaja. 

Perlunya sekolah, dinas pendidikan, TNI/POLRI untuk  memberikan sosialisasi terkait orangtua dan remaja. Bahkan perlu sesekali orangtua dilibatkan dalam wadah atau ruang ekspresi remaja. Kenapa tidak? 

Salam Remaja!(*)

_________________

AHMADI SOFYAN, dikenal dengan panggilan Atok Kulop. Ia banyak menulis diberbagai media baik cetak maupun online. Lebih dari 80 buku sudah diterbitkan dan 1.000-an opininya dimuat diberbagai media. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kebun di tepian sungai di tengah belantara di Desa Kemuja.

Posted in

BERITA LAINNYA

Serba Serbi Pawai Indah di Kabupaten Bangka Dalam Sorotan Kamera Wartawan

GETARBABEL.COM, BANGKA- Kegiatan pawai indah yang digelar di kabupaten Bangka, …

ISB Atma Luhur Kampus Belinyu Resmi Beroperasi, Lahirkan Sejarah Baru Dunia Pendidikan

GETARBABEL.COM, BANGKA — Perguruan Tinggi pertama yang berdiri di wilayah…

Yuniot CS Tersingkir, Calon Anggota KPU Babel Mulai Mengerucut

Langkah alumni IPDN yang juga ASN di Pemprov Kepulauan Bangka…

POPULER

HUKUM

mediaonlinenatal2024ok

IPTEK

PolitikUang-Copy

TEKNOLOGI