Jiwa Yang Tenang Di Tengah Bumi Yang Retak (39): Dari Nafsu Amarah Ke Nafsu Mutmainnah (Pertarungan di Tingkat Jiwa)

IMG_20250531_091518_11zon

Oleh: Maman Supriatman || Alumni HMI

Dunia modern adalah medan pertempuran yang tak kasatmata. Di tengah hiruk-pikuk krisis ekologis, polarisasi politik, dan kecemasan eksistensial, jiwa manusia tercabik antara dua kutub: nafsu amarah yang reaktif dan nafsu muthmainnah yang merengkuh ketenangan.

Tasawuf klasik ternyata bersinergi dengan temuan mutakhir neurosains: ketenangan jiwa bukanlah ilusi, melainkan puncak evolusi kesadaran yang bisa dijelaskan secara ilmiah.

Di sini, kita akan menyusuri tahapan jiwa (maratib an-nafs) dengan pendekatan tiga dimensi: tasawuf, psikologi agama, dan neurosains.

Namun, perjalanan ini bukanlah ziarah pasif. Ia adalah pertarungan di tingkat jiwa; perang melawan “Dajjal kecil” dalam diri.

Tahapan Jiwa: Dari Amarah ke Muthmainnah

  1. Nafsu Amarah: Jiwa yang Membara

Dalam Tasawuf, “nafs amarah adalah serigala yang jika kau biarkan, ia akan menerkammu.” (Imam Al-Ghazali).

Tahap paling primitif: jiwa dikuasai emosi liar (marah, tamak, dengki).

Dalam Psikologi/Neurosains, sistem Limbik Dominan: Amigdala aktif berlebihan, membanjiri korteks prefrontal dengan sinyal fight-or-flight.

  1. Nafsu Lawwamah: Jiwa yang Bercermin

Dalam Tasawuf, “jiwa lawwamah adalah lentera yang menyoroti aib sendiri.” (Ibnu Qayyim).

Tahap kritis: ada kesadaran akan kesalahan, tapi belum konsisten bertindak.

Dalam Psikologi/Neurosains, metakognisi: Kemampuan self-reflection terkait aktivitas medial prefrontal cortex.

  1. Nafsu Muthmainnah: Jiwa yang Berlabuh

Dalam Tasawuf: “Jiwa yang tenang (muthmainnah) adalah cermin yang memantulkan cahaya Ilahi.” (Rumi).

Puncak ketenangan: jiwa yang tersambung dengan kesadaran tertinggi.

Dalam Psikologi/Neurosains, Gelombang Gamma: Meditator ahli menunjukkan gamma wave, indikator integrasi kesadaran tertinggi.

Pertarungan di Tingkat Jiwa: Dajjal Kecil vs Muthmainnah

  1. Dajjal Kecil dalam Diri

“Setiap manusia punya Dajjal-nya sendiri.” (Syekh Abdul Qadir Jailani).

  • Mata Satu Ego: Hanya melihat dari lensa kepentingan diri (self-interest). Dalam neurosains, ini terkait dengan egocentric bias dan aktivitas otak limbik yang hiperaktif.
  • Sungai Api Nafsu: Simbol hedonisme yang membakar spiritualitas. Studi membuktikan: jiwa yang dikuasai instant gratification memiliki aktivitas dopaminergik berlebihan.
  1. Jiwa Tenang sebagai Anti-Dajjal

An-Nafs al-Muthma’innah (QS. Al-Fajr: 27-30) adalah kekebalan spiritual dari tipu daya Dajjal:

  • Tidak Terpesona oleh Quick Fixes: Jiwa muthmainnah memiliki kesadaran yang stabil di tengah distraksi.
  • Tidak Panik oleh Krisis Global: Dalam psikologi, ini disebut stress resilience, ketahanan emosional yang tinggi.
  1. Senjata Final: Dzikir vs Distraksi
  • Dzikir sebagai Neuroplastisitas: Repetisi dzikir mengaktifkan thalamus, pintu gerbang kesadaran, dan mengurangi aktivitas amygdala (pusat ketakutan).
  • Distraksi sebagai Cognitive Load: Notifikasi smartphone merusak working memory dan membuat jiwa terjebak dalam kegelisahan.

Epilog: Jiwa Muthmainnah di Zaman Retak

Jiwa tenang bukan berarti pasif. Ia adalah pusaran tenang di tengah badai, seperti matahari yang tetap stabil sementara planet-planet berkecamuk mengitarinya.

Di sini, tasawuf dan sains bersepakat: Dajjal kecil bisa dikalahkan, asal kita berani masuk ke medan perang kesadaran:

  • Senjata: Dzikir (pelatihan fokus).
  • Musuh: Distraksi (penjajahan perhatian).
  • Hadiah: Muthmainnah, jiwa yang “pulang” ke fitrah.

PERTARUNGAN JIWA: DARI AMARAH KE MUTHMAINNAH

Di retakan zaman yang pualam,
Otak purba menggumam—
Amarahnya menusuk,
Menggigit selubung akal,
Dajjal kecil bersorak riuh.

“Akulah raja!” bisiknya,
Mata satu menyilaukan,
Memantik sungai dopamin—
Jiwa terjerat,
Dalam jaring fatamorgana.

Lalu datang Lawwamah,
Bagaikan fajar menyingsing:
“Bangun! Lihat dirimu…”
Korteks bersinar,
Lembut namun tegas.

Medan perang terhampar—
Dzikir melawan deru notifikasi,
Gamma wave mendayu,
Amigdala lelah,
Gerbang thalamus terbuka lebar.

Hingga Muthmainnah tiba,
Tenang bagai bulan purnama:
“Pulanglah…”
Suara itu merambat,
Menghangatkan sumsum tulang.

Bumi tetap retak,
Tapi di relung jiwa
Ada samudra tanpa tepi,
Cahaya yang tak terperi,
Kemenangan abadi.

Glosarium

Amigdala (Neurosains): Bagian sistem limbik yang mengolah emosi (terutama ketakutan dan agresi). Hiperaktif pada nafsu amarah.

Amarah, Nafsu (Tasawuf): Tahap jiwa paling dasar yang dikuasai emosi liar (marah, tamak, dengki). Dalam neurosains, terkait dominasi amigdala dan sistem limbik.

Dajjal Kecil (Tasawuf): Metafora ego destruktif yang membutakan kesadaran dengan nafsu dan distraksi. Dalam psikologi, analog dengan egocentric bias atau self-deception.

Dzikir (Tasawuf/Neurosains): Repetisi kalimat spiritual untuk menenangkan jiwa. Secara neurosains, mengaktifkan thalamus dan meningkatkan neuroplastisitas.

Gamma Wave (Neurosains): Gelombang otak (25–100 Hz) yang muncul saat keadaan kesadaran tinggi, meditasi, atau integrasi kognitif-emosional. Terkait dengan nafsu muthmainnah.

Korteks Prefrontal (Neurosains): Bagian otak untuk pemikiran rasional, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls. Terhambat saat nafsu amarah dominan.

Lawwamah, Nafsu (Tasawuf): Tahap jiwa yang mulai menyadari kesalahan tetapi masih labil. Dalam psikologi, terkait metakognisi dan aktivitas medial prefrontal cortex.

Limbik, Sistem (Neurosains): Jaringan otak pengolah emosi dan memori (termasuk amigdala). Dominasi sistem ini mencerminkan nafsu amarah.

Metakognisi (Psikologi): Kemampuan merefleksikan pikiran sendiri. Dikaitkan dengan nafsu lawwamah dalam tasawuf.

Muthmainnah, Nafsu (Tasawuf): Puncak ketenangan jiwa yang terhubung dengan kesadaran transendental. Dalam neurosains, ditandai sinkronisasi gelombang gamma dan keseimbangan sistem limbik-korteks.

Neuroplastisitas (Neurosains): Kemampuan otak beradaptasi melalui pembentukan koneksi saraf baru. Dzikir dan meditasi dapat memicunya.

Thalamus (Neurosains): “Pintu gerbang” kesadaran yang menyaring informasi sensoris. Dzikir memengaruhi fungsinya untuk mengurangi distraksi.

Catatan:

Istilah tasawuf (seperti: nafsu amarah, muthmainnah) bersinergi dengan konsep neurosains (amigdala, gamma wave), menunjukkan integrasi spiritualitas dan sains.

Istilah seperti Dajjal kecil dan dzikir dipadankan dengan terminologi psikologi/neurosains untuk analisis transdisipliner.

Glosarium ini merujuk pada teks esai dan puisi di atas, dengan penyesuaian definisi agar kontekstual.

والله أعلم

MS 31/05/25

(Foto: ilustrasi/IST)

Posted in

BERITA LAINNYA

Program Ketahanan Pangan, Polsek Merawang Panen Jagung Perdana

GETARBABEL.COM, BANGKA — Polsek Merawang jajaran Polres Bangka melakukan panen…

Ngobrol Kebangsaan WRPodcast, Wamen Viva Yoga: Para Transmigran Adalah Patriot Bangsa 

GETARBABELCOM, JAKARTA – TRansmigran adalah patriot bangsa. Ia ditempatkan di…

Polisi Ciduk Pembobol Rumah di Bukit Intan yang Ditinggal Mudik

GETARBABEL.,COM, PANGKALPINANG – Buser Naga Polresta Pangkalpinang berhasil amankan pelaku…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI