Jiwa Yang Tenang Di Tengah Bumi Yang Retak (38c):  Tanduk Setan di Najd, Rantai Fitnah Wahhabisme Hingga MBS (Modernitas dan Kasus Modernisasi Dalam Persepektif Eskatologi Islam)

IMG_20250529_100651 (1)

Oleh: Maman Supriatman || Alumni HMI

Artikel ini menyajikan contoh kasus penerapan pendekatan tekstual-kontekstual yang digunakan Eskatologi Islam untuk menjelaskan bagaimana suatu nubuwat muncul dalam proses sejarah.

Sebuah pendekatan yang mengintegrasikan antara teks dan konteks secara proporsional untuk mengungkapkan fenomena eskatologis global kontemporer yang tidak mungkin bisa dijelaskan hanya dengan pendekatan literal dan simbolik secara terisolasi.

Hasil penelitian Ulama Hadits menunjukkan, ada sekitar 600-700 Hadits yang mengandung nubuat akhir zaman, termasuk Hadits Dlaif (lemah) dan Maudlu (palsu).

Jumlah ini mencakup berbagai tema: Dajjal, Ya’juj-Ma’juj, Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa, tanda-tanda kiamat besar dan kecil, fitnah akhir zaman, dsb.

Dalam Al-Minhaj al-Faiq karya Dr. Muhammad Ahmad al-Barri, disebutkan ada sekitar 600 hadits tentang tanda-tanda kiamat.

Penelitian lain, misalnya dari Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi dalam Al-Fitan wa Asyrat as-Sa’ah, juga mendukung angka ratusan Hadits.

Di Indonesia, Abu Fatiah Aladnani menulis buku berjudul “400 Hadits Akhir Zaman” dalam lima bab, lengkap dengan Rawi, Sanad dan derajat Haditsnya.

Jumlah Hadits Mutawatir sekitar 10-20 Hadits. Tema nubuat akhir zaman yang tergolong Mutawatir, misalnya: Hadits tentang turunnya Nabi Isa, keluarnya Dajjal, dan munculnya Imam Mahdi

Sekitar 200–300 Hadits tergolong Shahih atau Hasan. Ini mencakup Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, meskipun sebagian ada perbedaan pendapat tentang statusnya.

Sisanya, sekitar 300–400 Hadits, tergolong Dhaif bahkan Maudhu’ (palsu).

Hadits “tanduk setan di Najd” ini statusnya tidak Mutawatir, sehingga tidak digunakan sebagai dasar hukum dan kebijakan pemerintah Saudi di bawah MBS.

Dalam sebuah wawancara di media Arab Saudi Channel 1, MBS pernah menyatakan hanya akan menggunakan Hadits Mutawatir, guna mendukung proyek modernisasi Saudi.

Itu artinya membuang lebih dari 90 % Hadits Hasan dan Shahih saja (tidak termasuk Hadits Dlaif dan Maudlu’).

Rasulullah SAW bersabda:

عن عبد الله بن عمر قال: ذكر النبي صلى الله عليه وسلم اللهم بارك لنا في شامنا، اللهم بارك لنا في يمننا. قالوا: وفي نجدنا؟ قال: هناك الزلازل والفتن وبها يطلع قرن الشيطان.

Dari Ibnu Umar r.a., Nabi SAW bersabda: “Ya Allah, berkahilah Syam kami, berkahilah Yaman kami.” Para sahabat bertanya: “Dan Najd kami, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Di sana ada gempa dan fitnah, dan di sanalah munculnya tanduk setan.”

(HR. Bukhari no. 7094, Muslim no. 2904. Status: Hadits Hasan).

Najd, dalam konteks ini, secara geografis adalah wilayah di tengah dan timur Jazirah Arab.

Beberapa ulama menjelaskan bahwa “tanduk setan” (قرن الشيطان) di sini adalah kekuatan atau pengaruh jahat, atau menurut sebagian tafsiran, berkaitan dengan munculnya fitnah besar yang akan mengguncang umat Islam dari arah timur.

Sebagian ulama klasik bahkan mengaitkannya dengan kemunculan kelompok-kelompok tertentu yang memunculkan perpecahan.

Tanduk Setan di Era MBS: Penyempurnaan Nubuwat

Jika kita telusuri lebih lanjut, nubuwat Rasulullah SAW tentang “tanduk setan” yang muncul dari Najd semakin nyata manifestasinya di era kepemimpinan Muhammad bin Salman (MBS), Putra Mahkota sekaligus penguasa de facto Arab Saudi saat ini.

Syekh Imran menekankan bahwa peran Arab Saudi sebagai pion penting dalam skenario akhir zaman semakin jelas di bawah MBS.

Beberapa poin utama yang mengarah pada pemenuhan nubuwat Hadits tersebut:

  1. Normalisasi dengan Israel

Di era MBS, Arab Saudi semakin terang-terangan mendekati Israel, dengan berbagai perjanjian ekonomi, teknologi, dan diplomatik yang pada dasarnya memperkuat proyek Zionisme.

Ini menjadi babak baru setelah perjanjian “Abraham Accords”, di mana Saudi menjadi bagian penting dalam membuka jalan bagi pengakuan Israel di dunia Arab.

  1. Proyek Neom dan Modernisasi ala Barat

Proyek Neom adalah simbol jelas dari modernitas sekuler yang diusung MBS, yang mencerminkan pengaruh Barat, terutama dalam bidang teknologi dan gaya hidup.

Penerapan Vision 2030 bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga perubahan sosial-budaya yang meminggirkan nilai-nilai tradisional Islam.

  1. Reformasi Sosial yang Mendukung Liberalisasi

Di bawah MBS, Arab Saudi mengizinkan konser musik, bioskop, dan aktivitas hiburan ala Barat yang sebelumnya dilarang keras dalam hukum Wahhabi klasik.

Fenomena ini bukan sekadar perubahan kebijakan, tetapi mencerminkan pergeseran ideologi, dari literalisme sempit menuju sekularisme pragmatis, yang pada akhirnya membuka pintu lebih lebar bagi dominasi ideologi Barat.

  1. Peran Saudi dalam Sistem Keuangan Global Berbasis Riba

MBS terus memperkuat hubungan Arab Saudi dengan sistem ekonomi global berbasis riba, menjadi pilar penting dalam tatanan kapitalisme dunia.

  1. Aliansi dengan Barat dalam Politik Global

Dukungan Saudi terhadap intervensi militer Barat, termasuk dalam isu-isu seperti Yaman, Suriah, dan bahkan dalam menekan perlawanan Palestina, menunjukkan bahwa Arab Saudi bukan hanya sekutu Barat, tetapi menjadi instrumen penting dalam memuluskan agenda Dajjal di kawasan Timur Tengah.

Perkembangan Terkini

Setidaknya ada dua proyek penting terkini yang tengah dilakukan pemerintahan Saudi di bawah MBS: pembangunan kota Qiddiya dan pelonggaran larangan alkohol:

Qiddiya adalah proyek ambisius yang sedang dibangun di wilayah Tuwaiq, sekitar 40 menit dari pusat Riyadh, yang merupakan bagian dari wilayah Najd.

Proyek ini dirancang sebagai kota hiburan, olahraga, dan budaya yang mencakup berbagai atraksi, termasuk taman hiburan Six Flags, taman air Aquarabia, distrik esports, lapangan golf, dan fasilitas olahraga kelas dunia.

Qiddiya diharapkan dapat menarik hingga 48 juta pengunjung per tahun dan menjadi rumah bagi lebih dari 600.000 penduduk.

Pembangunan Qiddiya mencerminkan upaya Arab Saudi untuk mendiversifikasi ekonominya melalui sektor pariwisata dan hiburan, sejalan dengan Visi 2030 yang dipelopori oleh MBS.

Namun, transformasi ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam yang melihatnya sebagai bentuk sekularisasi dan penyimpangan dari nilai-nilai Islam tradisional.

Sebagai bagian dari persiapan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2034, Arab Saudi mengumumkan rencana untuk mencabut sebagian larangan alkohol yang telah berlaku selama lebih dari 70 tahun.

Mulai tahun 2026, alkohol akan diizinkan di 600 lokasi wisata tertentu, termasuk hotel bintang lima dan resor mewah.

Langkah ini bertujuan untuk menarik wisatawan internasional dan menunjukkan citra modern Arab Saudi.

Kebijakan ini menandai perubahan budaya yang signifikan di negara yang selama ini dikenal dengan konservatisme Islamnya.

Bagi sebagian pihak, ini dianggap sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma global, namun bagi yang lain, ini merupakan tanda kemunduran dari prinsip-prinsip Islam yang telah lama dijunjung tinggi.

Dengan demikian, kepemimpinan MBS adalah puncak konkret dari “tanduk setan” yang disebut Rasulullah SAW.

Era MBS bukan sekadar kelanjutan dari warisan Wahhabi, melainkan tahap lanjut dalam proyek besar Dajjalic System, di mana Arab Saudi menjadi salah satu pion utama dalam menciptakan “New World Order” yang berujung pada dominasi total Zionisme dan sistem Dajjal di muka bumi.

Perkembangan terbaru seperti pembangunan Qiddiya dan pelonggaran larangan alkohol menunjukkan transformasi besar dalam masyarakat Arab Saudi di bawah kepemimpinan MBS.

Perspektif Eskatologi Islam

Syekh Imran Hosein, seorang cendekiawan Muslim kontemporer asal Trinidad dan Tobago, dikenal luas karena pendekatannya yang unik dalam Eskatologi Islam.

Dalam karya-karyanya, ia menyoroti dinamika politik global dan fenomena akhir zaman, serta bagaimana hal ini berkaitan dengan kehidupan umat Islam.

Dalam pandangannya, hadis Nabi Muhammad ﷺ tentang “tanduk setan” yang muncul dari Najd bukan sekadar peringatan tentang fitnah di masa lalu, melainkan isyarat profetik tentang rangkaian peristiwa besar yang akan membentuk peta geopolitik dunia hingga akhir zaman.

Najd, sebagai wilayah geografis di bagian tengah Jazirah Arab, mencakup kota-kota penting seperti Riyadh, Qassim, Hail, dan sekitarnya. Wilayah ini menjadi pusat munculnya gerakan pemikiran yang sangat berpengaruh dalam sejarah modern dunia Islam, yaitu Wahhabisme.

Gerakan Wahhabi yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab pada abad ke-18, yang lahir dan besar di Najd, menekankan doktrin literal ekstrem yang menolak ijtihad kontekstual, menghapus tradisi spiritual seperti tasawuf, dan menuduh sebagian besar praktik keagamaan umat Islam sebagai bid’ah atau syirik.

Syekh Imran Hosein melihat doktrin Wahhabi sebagai bentuk pemikiran sempit yang membuka jalan bagi perpecahan di tubuh umat Islam, meminggirkan khazanah intelektual Islam klasik, dan menciptakan fitnah besar dalam kehidupan umat.

Lebih dari itu, munculnya Wahhabisme tidak berdiri sendiri, tetapi beriringan dengan proyek besar kekuatan kolonial Barat, khususnya Inggris, yang saat itu berupaya melemahkan Khilafah Utsmani.

Melalui perjanjian-perjanjian politik seperti Perjanjian Uqair (1922), kekuatan Wahhabi di Najd bersekutu dengan keluarga Saud dan didukung penuh oleh Inggris, hingga berdirilah negara modern Arab Saudi.

Sejak saat itu, Arab Saudi menjadi instrumen penting dalam agenda Barat, bukan hanya dalam kerangka politik, tetapi juga dalam penyebaran ideologi Wahhabi ke seluruh dunia Islam melalui jaringan dakwah, sekolah, dan literatur yang dibiayai oleh kekayaan minyak.

Menurut Syekh Imran Hosein, peran Arab Saudi dalam geopolitik modern tidak bisa dilepaskan dari agenda Zionisme Internasional, yang di dalamnya terdapat kekuatan Dajjal sebagai figur utama dalam skenario akhir zaman.

Zionisme bukan hanya gerakan Yahudi politik, tetapi proyek besar untuk mendirikan Israel Raya dan menguasai pusat-pusat kekuatan global, baik ekonomi, militer, maupun budaya.

Syekh Imran menegaskan bahwa Dajjal menggunakan kekuatan-kekuatan dunia, termasuk aliansi Arab Saudi dengan Barat dan Israel, untuk mewujudkan dominasi global (Pax Judaica).

Normalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel, aliansi strategis dengan Amerika Serikat, dan peran Saudi dalam mendukung sistem keuangan berbasis riba menjadi bukti nyata keterlibatan mereka dalam agenda global Dajjal.

Fitnah besar yang lahir dari Najd melalui Wahhabisme kemudian berkembang menjadi fitnah global: kehancuran Khilafah, perpecahan umat, penjajahan Palestina, serta dominasi sistem riba yang melumpuhkan ekonomi umat Islam.

Semua ini menjadi mata rantai skenario akhir zaman yang pada akhirnya menuju puncaknya saat munculnya Imam Mahdi dan Nabi Isa AS, yang akan menghancurkan dominasi Dajjal, membebaskan Palestina, dan menegakkan keadilan di muka bumi.

Dengan demikian, Hadits Nabi tentang “tanduk setan” di Najd bukanlah sekadar isyarat tentang konflik lokal di masa lalu, tetapi merupakan kode profetik yang, dalam kacamata Eskatologi Islam menjadi peta penting untuk memahami dinamika fitnah besar yang melanda umat Islam hingga akhir zaman.

Munculnya Wahhabisme, berdirinya Arab Saudi, aliansi dengan Barat, keterlibatan dalam proyek Zionisme, dan sistem riba global, semuanya adalah bagian dari satu rangkaian besar yang menuju pertarungan akhir antara kekuatan Dajjal dan pasukan Imam Mahdi.

Dalam perspektif Eskatologi Islam, perubahan-perubahan ini dapat dilihat sebagai bagian dari manifestasi “tanduk setan” yang disebutkan dalam hadis Nabi ﷺ, yang muncul dari Najd dan membawa fitnah besar bagi umat Islam.

Transformasi ini tidak hanya mencerminkan perubahan sosial dan budaya, tetapi juga menunjukkan pergeseran ideologis yang dapat mempengaruhi identitas dan kesatuan umat Islam secara global.

Kesimpulan

Nubuwat Rasulullah SAW tentang “tanduk setan” dari Najd tidak berhenti pada peringatan masa lalu. Di era MBS, nubuwat itu semakin jelas terpenuhi.

Najd sebagai pusat Wahhabisme, transformasi Arab Saudi menjadi alat global Dajjal melalui modernisasi sekuler, persekutuan terang-terangan dengan Israel, penyebaran sistem riba, dan dukungan terhadap agenda Zionis di Palestina dan wilayah Muslim lainnya.

Itu sebabnya Rasulullah SAW tidak mendoakan keberkahan untuk Najd, berbeda dengan Syam dan Yaman.

Epilog: Modernitas dan Suara yang Terlupakan

Di bawah bayang-bayang menara futuristik Neom dan gemerlap Vision 2030, Arab Saudi, seperti halnya banyak peradaban yang terjun ke dalam pusaran modernitas, telah memilih jalan rasionalisasi yang tak terelakkan. Liberalisasi dan sekularisasi, meski tak sepenuhnya mengikis identitas keislaman, perlahan menggeser dimensi Ilahiah ke pinggiran kesadaran kolektif.

Nilai-nilai “lama”, yang dianggap tak selaras dengan logika kemajuan, dipinggirkan dengan anggun sekaligus tragis, seolah sejarah hanyalah beban, bukan akar yang menghidupi. Dalam arus ini, Hadits-hadits yang berbicara tentang nubuat eskatologis, kerap diabaikan.

Eskatologi adalah pengingat, bahwa manusia bukanlah tuan mutlak dari waktu, bahwa kemajuan material bukanlah akhir perjalanan. Saudi, dalam lompatannya ke masa depan, seolah berbisik lirih: “Kita harus melepaskan yang tak terukur untuk memeluk yang terlihat.”

Di sinilah Eskatologi Islam menemukan relevansinya yang paling sublim. Ia bukan sekadar narasi tentang kehancuran, melainkan seruan transendental, bahwa di balik segala pencapaian manusia, ada horizon metafisik yang menanti.

Bahwa modernitas, tanpa kesadaran akan akhir, hanyalah permukaan yang kosong. Eskatologi mengajak kita merenung: Apakah kita benar-benar maju, atau hanya berlari menuju sebuah titik yang sudah dijanjikan, tanpa kita sadari?

Maka, jika modernitas adalah gerak ke depan, eskatologi adalah suara yang membisikkan: “Jangan lupa, suatu hari nanti, kita semua akan kembali, dan pertanyaannya bukanlah seberapa jauh kita melesat, tetapi seberapa dalam kita mengingat.”

والله أعلم

MS 29/05/25

(Foto: ilustrasi/IST)

Posted in

BERITA LAINNYA

Pernah Non Job, Jantani Ali Kini Ditunjuk Jadi PJ Bupati Bangka

GETARBABELCOM, PANGKALPINANG – Hari ini (Selasa, 6/5), Gubernur Kepulauan Bangka…

Bangun Pedistarian, 87 Pohon Peneduh Jalan Jenderal Sudirman Ditebang

GETARBABEL.COM, BANGKA — Warga Kota Sungailiat mempertanyakan alasan penebangan puluhan…

Mulkan-Syahbudin Lanjut Jilid II

GETARBABEL.COM, BANGKA- Calon Bupati Bangka dan calon Wakil Bupati Bangka…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI