Jiwa Yang Tenang Di Tengah Bumi Yang Retak (37a): Mengapa Dajjal Perlu 40 Hari? (Memahami Strategi Waktu Dajjal dan Bahaya Eskatologi yang Tertukar)
By beritage |
Oleh: Maman Supriatman || Alumni HMI “Barangsiapa menolak literalitas eskatologi,…
Saturday, 8 November 2025
Oleh: RIDHO AZHARI || Ketua Umum HMI KOMISARIAT TARBIYAH IAIN SAS BABEL
Setiap tanggal 22 Oktober, Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai pengakuan terhadap kontribusi besar ulama dan santri dalam sejarah bangsa. Resolusi Jihad 1945 membuktikan bahwa santri tidak hanya berjuang dengan ilmu, tetapi juga dengan keberanian dan cinta tanah air. Namun pada Hari Santri 2025 ini, dunia menghadapi bentuk tantangan baru: krisis lingkungan dan krisis moral yang mengancam keberlanjutan kehidupan di bumi. Di sinilah, kekuatan ulama kembali dibutuhkan sebagai penuntun peradaban.
Krisis iklim menjadi ancaman nyata bagi generasi mendatang. Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2024), suhu bumi telah meningkat 1,5°C yang menyebabkan efek ekstrem seperti banjir besar, kekeringan panjang, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Namun akar permasalahan lingkungan sejatinya tidak hanya bersifat ekologis, tetapi juga spiritual. Seyyed Hossein Nasr (2010) menyebut krisis lingkungan modern sebagai “krisis spiritual manusia”ketika manusia kehilangan rasa hormat terhadap alam sebagai ciptaan Tuhan.
Islam mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah fil ardh pemimpin yang dipercaya untuk menjaga bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Artinya, merawat lingkungan bukan hanya urusan aktivis, melainkan ibadah yang bernilai di sisi Allah. Sayangnya, kesadaran ini semakin melemah di tengah gaya hidup konsumtif dan eksploitasi alam tanpa kendali. Inilah yang menegaskan pentingnya peran ulama dan santri sebagai penjaga nilai moral serta penyampai risalah keberlanjutan hidup.
Pada moment Hari Santri, sudah saatnya pesantren dan ulama menghidupkan kembali gerakan ekologis Islam. Banyak pesantren telah memulai langkah tersebut, seperti gerakan Eco Pesantren yang menerapkan penghijauan, pengelolaan sampah, dan edukasi lingkungan berbasis spiritual. Dakwah ulama tidak hanya memenuhi mimbar masjid, tetapi juga menyentuh bumi dengan tindakan nyata. Rasulullah SAW bersabda, “Bumi ini hijau dan indah, dan Allah telah menjadikan kalian sebagai pengelolanya.” (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa mencintai lingkungan adalah bagian dari iman.
Lebih dari itu, ulama berperan penting sebagai teladan akhlak di tengah derasnya arus digital dan informasi menyesatkan. Mereka harus hadir di ruang publik untuk menguatkan karakter bangsa, menyebarkan dakwah rahmatan lil ‘alamin, dan membangun kesadaran ekologis yang meluas. Santri sebagai generasi penerus ulama perlu dipersiapkan untuk menguasai ilmu agama yang berpadu dengan sains modern sehingga mampu menjawab tantangan zaman secara kreatif dan solutif
Mengawal Indonesia Merdeka Menuju peradaban Duniia. Merdeka 100%. (*)
Posted in SOSBUD
Oleh: Maman Supriatman || Alumni HMI “Barangsiapa menolak literalitas eskatologi,…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Pasca kemenangan Kotak Kosong di Pilkada Kabupaten…
GETARBABELCOM, PANGKALPINANG – Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Hidayat…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…