Gandeng Tim Saber Pungli, Dishub Tertibkan Parkir Liar
By beritage |
GETARBABEL.COM, BANGKA- Pemkab Bangka melalui Dinas Perhubungan (Dishub) baru baru…
Saturday, 18 October 2025
Oleh: Zulkarnain Alijudin || Pengamat Politik, Mantan Ketua KPU Bangka
Pilkada bukan hanya berlangsung di panggung debat resmi, tetapi juga di layar ponsel kita. Video-video pendek, rekaman suara, hingga potongan percakapan kini menjadi “senjata politik” yang dianggap paling ampuh untuk menggiring opini publik. Baru-baru ini, sebuah video viral yang menampilkan percakapan telepon terkait dugaan money politics kembali menggemparkan. Namun, alih-alih menjadi bukti yang meyakinkan, justru banyak tanda tanya yang muncul di baliknya—terutama ketika di akhir tayangan muncul sosok politik tertentu.
Di titik inilah publik perlu jeli: apakah video itu benar bukti otentik pelanggaran, atau sekadar settingan yang sengaja dibuat untuk menanamkan persepsi?
Viral Bukan Selalu Fakta
Secara strategi, membuat sesuatu viral memang ampuh. Ia menyebar cepat, memancing emosi, dan langsung membentuk persepsi publik. Namun, viralitas tidak selalu identik dengan kebenaran. Pertanyaannya sederhana: jika itu benar-benar bukti pelanggaran, mengapa tidak dibawa ke Bawaslu atau aparat penegak hukum? Mengapa justru dipilih jalur media sosial?
Ketika sebuah “bukti” lebih dulu diviralkan ketimbang dilaporkan, publik wajar curiga: apakah ini demi menegakkan aturan, atau demi menciptakan drama politik?
Tanda Tanya di Ujung Video
Kejanggalan semakin terasa ketika video itu diakhiri dengan kemunculan figur politik lain. Publik pun bertanya: apa relevansinya? Apakah ini sekadar kebetulan, atau memang bagian dari narasi yang sengaja disusun? Kehadiran sosok tertentu di akhir video bisa saja dibaca sebagai pesan politik terselubung: bahwa video ini bukan sekadar rekaman, tetapi “konten” yang diproduksi untuk membangun citra sekaligus menjatuhkan lawan.
Dan jika benar ini adalah settingan, maka justru berbahaya. Karena publik bisa menilai ada pihak yang berusaha memainkan persepsi, bukan menghadirkan kebenaran.
Publik Semakin Sulit Dipermainkan
Yang sering dilupakan para aktor politik adalah: publik hari ini jauh lebih kritis. Pemilih tidak lagi menelan mentah-mentah semua video viral. Mereka tahu membedakan mana fakta, mana rekayasa, mana yang dibuat hanya untuk mencari sensasi. Kejanggalan sekecil apa pun bisa membuat publik berbalik curiga, bahkan kehilangan simpati.
Strategi menjatuhkan lawan dengan drama murahan justru rawan menjadi bumerang. Alih-alih mendongkrak elektabilitas, publik bisa saja menilai pihak penyebar video sebagai aktor politik yang miskin gagasan dan hanya mengandalkan intrik.
Demokrasi yang Kehilangan Etika
Pilkada sejatinya adalah ruang adu gagasan. Masyarakat menunggu siapa yang paling mampu menghadirkan solusi untuk masalah nyata: pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan kesejahteraan. Sayangnya, kontestasi sering kali dibelokkan menjadi ajang drama viral penuh rekayasa.
Demokrasi yang kehilangan etika akan melahirkan pemimpin dengan legitimasi rapuh. Pemimpin yang sejak awal lahir dari intrik dan manipulasi, pada akhirnya hanya akan menciptakan krisis kepercayaan.
Penutup
Video viral dalam politik bisa jadi senjata yang menohok. Namun, tanpa kebenaran dan etika, ia mudah berubah menjadi bumerang. Publik tidak lagi mudah dipermainkan. Mereka semakin kritis, semakin paham, dan semakin menuntut kejujuran.
Pilkada bukan tentang siapa yang paling viral, melainkan siapa yang paling siap membawa perubahan nyata. Viralitas hanya memberi kemenangan sesaat, tetapi integritaslah yang menentukan masa depan. (*)
Posted in Politik
GETARBABEL.COM, BANGKA- Pemkab Bangka melalui Dinas Perhubungan (Dishub) baru baru…
GETARBABEL.COM, BANGKA BARAT — Unit Reskrim Polsek Jebus jajaran Polres…
GETARBABEL.COM, BANGKA – Institut Pahlawan 12 kembali menyelenggarakan kegiatan Pengenalan…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…