Fauzi Amro Anggota DPR RI Fraksi Nasdem : Haramkan Bayar Bagi Peminjam di Pinjol Illegal
By beritage |
JAKARTA–Masalah pinjaman online (pinjol) terutama yang illegal di Indonesia, yang…
Sunday, 22 December 2024
Oleh : :Satera Sudaryoso || Pengasuh Madin Tahfiz Insan Cita Bukit Siam
Pilkada Babel 2024 memang penuh kejutan. Banyak yang tak percaya bahkan “tekangak” tak berdaya. Calon besar yang katanya 99.90 % harusnya menang, justru kalah menyedihkan. Kalah karena jumawa dengan tim besar yang dipunya. Dan menang akibat silent majority yang sudah “MENYALA”.
Menang dan kalah sesungguhnya hanyalah sebuah istilah. Tak perlu bersedih saat tak terpilih dan tak perlu girang berlebihan ketika didampu menjadi pemenang. Menang saat ini, boleh jadi awal kekalahan yang akan menerpa. Dan kalah sekarang, boleh jadi awal kemenangan yang akan dicapai di masa datang. Lihat Presiden Prabowo, selama dua dekade berkontestasi, baru tahun ini Beliau didampu sebagai pemenang. Menangnya pun bisa dipandang happy ending. Itulah kuasa Tuhan. Kun fayakun, semua bisa terjadi.
Tokoh besar sekaliber Mulkan, Maulana Aklil, dan Erzaldi Rosman patut dijadikan acuan dan pelajaran. Sebab figur ketiganya dipandang sulit dikalahkan oleh pesaing manapun, apalagi kotak kosong yang tak berpawang. Namun, faktanya di luar “Nurul”. Ketiganya berguguran dengan sederet nama besar yang ditinggalkan. Rasa sedih, malu, dan marah bersatu-padu. Mungkin ekspresi itu tengah mengharu-biru dalam kelabu.
Teringat dengan satu cuplikan ayat dalam Q.S. al-An’am: 59, “..Dan tidak ada selembar daun pun yang jatuh, kecuali Tuhan mengetahuinya”. Ada satu kata yang menarik untuk ditilik, yaitu waroqun (daun). Kata tersebut, menurut Abu Hasan ibn Faris ibn Zakariya dalam Maqayis al-Lughoh berarti lemah. Lihat daun, saat ia gugur, jatuh dengan cara tak menentu, hingga kering terbakar. Oleh karena itu, pemimpin yang lemah dalam Bahasa Arab disebut “Rijalul Waroq”.
Berangkat dari hal tadi, ada dua poin besar yang hendak penulis sampaikan dan bisa direnungkan bersama:
Pertama, bahwa Tuhan berkuasa sepenuhnya atas segala sesuatu. Ini menyangkut aqidah. Tak bisa tidak, ini harus dikedepankan. Bukan soal nama besar, tim hebat nun solid, dan logistik mentereng yang digelontorkan, menjadi penentu kemenangan dalam kontestasi politik. Bukan..! Juga bukan soal soliditas tim relawan yang kemudian memenangkan kotak kosong berhadapan dengan tokoh besar dan partai yang membersamainya. Bukan..! Tapi soal titah dan kuasa Tuhan yang menggerakkan hati pemilih untuk menentukan kuasa-Nya. Urusan sepele bagi Tuhan untuk menumbangkan figur besar Fir’aun dan Namrut atas laku durjananya, apalagi sekedar “membangkupanjangkan” rijalul waroq tadi yang masa jayanya mulai memudar.
Jadi tak perlu bersedih bila belum terpilih dan tak perlu jumawa dengan kemenangan semu yang dipunya. Andai pun engkau menang karena letih dan lantangmu dalam berjuang, yang menggerakkan pemilih sehingga ia kuasa untuk menentukan pilihannya BUKANLAH ENGKAU. Kalaupun engkau kalah setelah semua daya dikerahkan, tak perlulah membenci saudaramu yang bukan musuh sejatimu! Biasa saja. Tak perlu berlebihan.
Skenario Tuhan pastilah terbaik. Tak perlu dilawan apalagi direcoki. Introspeksi diri menjadi pilihan ideal. Karena di situlah poin pentingnya. Introspeksi mendekatkan diri kembali kepada Sang Pemilik Kuasa. Tinggal dicas ulang kuasa diri yang sudah lowbatt itu. Dari situ, keberdayaan dan kebangkitan bisa diraih kembali. Dan semoga di masa datang, titah itu bisa diraih kembali.
Kedua, daun itu ada siklus hidupnya: hijau basah, kuning (coklat) kering. Saat hijau basah, ia menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan, dan saat kuning (coklat) kering, ia bisa gugur, jatuh, lapuk, dan terbakar. Saat berkuasamu, harusnya maslahatmu yang dibagi kepada yang lain. Tak perlu arogan saat berkuasa. Tak baik jumawa saat berjaya. Tak elok sombong, ketika apa-apa serba dipunya. Karena siklus kehidupan itu tidaklah tetap. Kadang stabil dan labil. Adakalanya di atas dan di bawah. Ada saatnya berkuasa dan tanpa kuasa. Daun hijau, bila saatnya tiba, dia akan gugur terhunyung hingga ke tanah. Karena sejatinya ia berasal dari tanah, dan akan jatuh ke tanah pula.
Sekarang Pemilukada 2024 sudah usai. Namun lanjutannya belumlah selesai. Tahun mendatang tensinya akan mulai menaik kembali. Berbeda pilihan wajar saja terjadi. Tetapi ingat, daulat rakyat dan kuasa Tuhan TAK BOLEH dan TIDAK BISA DIBELI. Semoga[]
Posted in Politik
JAKARTA–Masalah pinjaman online (pinjol) terutama yang illegal di Indonesia, yang…
JAKARTA– Kejaksaan Agung melalui Tim Jaksa Penyidik pada Direktorat Penyidikan…
JAKARTA—Kementerian Agama mengingatkan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang sudah…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…