HMI Kecam Tindakan Represif Aparat, Keluarkan 5 Tuntutan
By beritage |
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bangka Belitung Raya menanggapi perlakuan…
Saturday, 2 August 2025
Oleh: Zulkarnain Alijudin || Mantan Ketua KPU Bangka
Pilkada ulang Kabupaten Bangka tahun 2025 adalah kesempatan berharga yang tidak boleh disia-siakan. Bukan hanya bagi pasangan calon yang akan bertarung, tetapi juga bagi masyarakat, partai politik, penyelenggara pemilu, dan seluruh elemen demokrasi lokal. Proses ini harus dimaknai sebagai momentum untuk memperbaiki cara kita berdemokrasi—dimulai dari bagaimana kampanye dijalankan.
Kampanye tidak boleh lagi menjadi ruang penuh janji kosong, seremoni dangkal, atau sekadar adu spanduk dan baliho. Lebih dari itu, kampanye harus berubah menjadi wahana pendidikan publik yang mencerahkan, membangun dialog antara calon pemimpin dan rakyat, serta menjawab persoalan nyata yang dihadapi masyarakat Bangka hari ini.
Menjawab Masalah Nyata, Bukan Membuat Ilusi
Kabupaten Bangka menghadapi berbagai tantangan yang nyata: lapangan kerja yang terbatas, pembangunan desa yang belum merata, tekanan terhadap sektor pertanian dan perikanan, serta perlunya reformasi layanan publik yang lebih cepat, mudah, dan akuntabel. Kampanye yang berkualitas harus membahas ini secara jujur dan terbuka.
Masyarakat tidak lagi tertarik dengan janji-janji besar yang tidak disertai peta jalan. Mereka ingin tahu: bagaimana calon akan menurunkan angka pengangguran? Bagaimana strategi mendukung UMKM agar naik kelas? Bagaimana pendekatan mengatasi ketimpangan antarwilayah? Dan bagaimana pengelolaan anggaran akan dilakukan secara transparan?
Pasangan calon yang mampu menyampaikan visi dengan terukur, realistis, dan relevan, akan lebih mudah meraih simpati. Kampanye bukan tempat untuk menjual mimpi, melainkan ruang untuk menunjukkan kemampuan memimpin dan keberanian menghadapi masalah.
Kampanye Inklusif dan Tepat Sasaran
Pilkada bukan hanya urusan elite. Ia menyangkut semua lapisan masyarakat, dari petani di pelosok desa hingga anak muda di kota, dari buruh harian hingga pelaku usaha kecil. Oleh karena itu, pendekatan kampanye harus menyentuh semua segmen dengan cara yang sesuai.
Anak muda ingin mendengar gagasan soal ekonomi digital dan lapangan kerja kreatif. Kaum perempuan menanti program perlindungan dan pemberdayaan yang konkret. Petani dan nelayan ingin tahu apa jaminan harga dan akses pasar yang ditawarkan calon. Setiap kelompok pemilih berhak mendapatkan perhatian, bukan hanya mereka yang dianggap ‘potensial secara politik’.
Kampanye yang hanya fokus pada massa besar dan suara mayoritas berisiko menutup ruang bagi keterwakilan kelompok kecil. Pilkada ulang ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa demokrasi lokal di Bangka bisa benar-benar inklusif.
Media Sosial Bukan Segalanya
Meski kampanye digital kini tak terelakkan, pasangan calon tidak boleh terjebak pada citra semata. Media sosial harus digunakan untuk menyampaikan gagasan, bukan sekadar membangun popularitas semu. Informasi yang disampaikan harus valid, komunikatif, dan mendidik pemilih, bukan menyesatkan.
Namun demikian, kampanye digital harus diimbangi dengan kehadiran nyata di lapangan. Berjumpa langsung dengan masyarakat, berdiskusi dalam forum warga, mendengar keluhan di pasar atau pinggir jalan—itulah cara terbaik untuk membangun ikatan kepercayaan.
Masyarakat Bangka bukan hanya butuh pemimpin yang pandai bicara di layar, tapi juga yang berani turun dan mendengar di tanah mereka berdiri.
Kampanye Bersih, Demokrasi Sehat
Pilkada ulang ini adalah ujian integritas, baik bagi pasangan calon maupun partai politik yang mengusungnya. Sudah saatnya kita membuktikan bahwa pilkada bisa dijalankan tanpa politik uang, tanpa intimidasi, tanpa transaksi di balik layar. Jika kampanye dijalankan secara bersih, rakyat akan memberi mandat secara tulus.
Pasangan calon harus percaya bahwa kekuatan gagasan dan rekam jejak jauh lebih penting dari logistik. Partai politik juga harus menjalankan fungsi edukasi politik, bukan sekadar menjadi kendaraan elektoral. Tim sukses pun harus menjadi jembatan antara calon dan rakyat, bukan perantara kepentingan sempit.
Menutup dengan Harapan
Pilkada ulang ini bukan tentang siapa yang lebih kuat, lebih kaya, atau lebih terkenal. Ini adalah tentang siapa yang paling siap, paling jujur, dan paling mampu memimpin Bangka menuju masa depan yang lebih baik. Semua pasangan calon masih punya waktu untuk menata arah kampanye mereka—lebih mendalam, lebih menyentuh, dan lebih bermakna.
Masyarakat Bangka pantas mendapatkan kampanye yang cerdas, santun, dan substantif. Dan dari kampanye yang berkualitas itulah, akan lahir pemimpin yang tidak hanya menang dalam kotak suara, tetapi juga menang di hati rakyat.(*)
Posted in Politik
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bangka Belitung Raya menanggapi perlakuan…
GETARBABEL.COM, BANGKA– Selama dua hari masa pendaftaran calon kepala daerah…
GETARBABEL.COM, BANGKA TENGAH- Pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…