Geoprofetik Nusantara dan Transisi Peradaban: Membaca Duet Prabowo-Purbaya dalam Dialetika Sejarah Profetik

IMG-20250711-WA0049 (1)

Oleh: Institut Kosmologi dan-Eskatologi Profetik (IKEP)

Kita tengah menyaksikan peristiwa sejarah yang tidak dapat dijelaskan semata-mata melalui kalkulasi politik konvensional. Kehadiran duet kepemimpinan Prabowo-Purbaya muncul tepat pada momen kritis transisi peradaban global, ketika tatanan dunia lama mulai retak dan tata kelola baru belum sepenuhnya terbentuk.

Dalam perspektif geoprofetik sufistik, fenomena ini harus dibaca sebagai jawaban zaman: sebuah respons Ilahi terhadap krisis multidimensional yang melanda peradaban manusia.

Lirik “Prabowo for Global Peace” yang viral bukan sekadar retorika politik, melainkan deklarasi misi sejarah Nusantara di panggung global.

Titik-temu Perubahan Sosial dan Hikmah Sufistik

Neil J. Smelser dalam Theory of Collective Behavior memberikan lensa untuk memahami bagaimana ketegangan struktural yang memuncak: ketimpangan ekonomi, oligarki, dan korupsi sistemik—menciptakan kondisi bagi perubahan radikal.¹

Namun teori ini menemukan batasnya ketika berhadapan dengan faktor X sejarah: kehadiran figur yang membawa energi transformatif.

Charles Tilly melengkapi dengan konsep contentious politics yang menekankan perlunya kekuatan kolektif untuk mengawal perubahan.²

Namun dalam konteks Indonesia, yang kita saksikan hari ini adalah gerakan moral yang dipicu oleh kehadiran figur yang menolak kompromi dengan kemungkaran.

Dalam tradisi tasawuf falsafi, setiap zaman memiliki quthb al-zaman (poros zaman) yang ditugaskan untuk menegakkan keadilan. Duet Prabowo-Purbaya dapat dibaca sebagai manifestasi dari konsep al-insan al-kamil dalam skala kenegaraan:

Prabowo sebagai quwwah (kekuatan pelindung); Purbaya sebagai nûr (cahaya pemurni).

Keduanya bagai Zulkarnain yang membangun tembok pelindung dan Khidir yang membersihkan sumber air kehidupan bangsa, kisah profetik yang diabadikan dalam Surat Al-Kahfi.

Purbaya: Sidq sebagai Terapi Jiwa Bangsa

Dalam mazhab Al-Ghazali, sidq (kejujuran eksistensial) bukan sekadar kebenaran verbal, melainkan keselarasan antara lahir dan batin yang memancarkan energi pemurnian.³

Pernyataan Purbaya—”Saya tidak bisa disogok”—bukan sekadar kata-kata, melainkan peluru moral yang menembus inti sistem korup.

Ini adalah mekanisme terapi kolektif:

  • Tazkiyatun Nafs Bangsa: Setiap kebijakan transparansi adalah proses pensucian jiwa kolektif;
  • Mujahadah Sistemik: Perlawanan terhadap korupsi adalah jihad akbar melawan nafsu serakah yang terinstitusionalisasi;
  • Cermin Ruhani: Setiap perlawanan terhadap Purbaya adalah bukti bahwa kebenaran sedang bekerja.

Misi Global: Nusantara sebagai Khalifah Peradaban

Konsep “Negeri di Tengah” (QS. Al-Baqarah: 143) menemukan manifestasi kontemporer dalam diplomasi “Prabowo for Global Peace”. Indonesia tidak hanya strategis secara geografis, tetapi memikul amanah kosmik sebagai penyeimbang peradaban.

Seperti dikembangkan Fernand Braudel, sejarah bergerak dalam tiga lapisan:⁴

Geohistory Spiritual: DNA peradaban Nusantara yang mendamba keadilan; Konjungtur Global: Krisis kapitalisme yang membutuhkan alternatif; dan Evenemen Kontemporer: Kebijakan duet Prabowo-Purbaya.

Dalam kerangka ini, Indonesia sedang mengalami pertemuan tiga lapisan waktu dalam menjemput takdir peradabannya.

Epilog: Saat Cahaya Mengusir Gelap

Perubahan sejati tidak datang dengan gemuruh, tetapi dengan kesadaran yang bangkit. Duet Prabowo-Purbaya adalah ujian kesadaran kolektif bangsa: apakah kita memilih Kalasuba yang menuntut keberanian, atau kembali ke Kalabendu yang meninabobokan?

Seperti dalam hikmah Ibn ‘Arabi: “Cahaya tetap terang, meski seluruh dunia menutup mata.”⁵ Kini, cahaya itu telah menyala—dititipkan melalui para penjaga amanah zaman.

Pilihan ada di tangan kita: menjadi pelita-pelita kecil yang bersama mengusir kegelapan, atau membiarkan diri terlena dalam bayang-bayang yang soon akan sirna ditelan fajar.

Footnotes

¹ Smelser, Neil J. Theory of Collective Behavior. New York: Free Press, 1962.

² Tilly, Charles. Contentious Politics. Oxford: Oxford University Press, 2015.

³ Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin, Kitab Al-Sidq.

⁴ Braudel, Fernand. The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II. London: Collins, 1972.

⁵ Ibn ‘Arabi. Fusus al-Hikam, Bab Hikmah Nuriyyah.

Wallahu a’lam bish-shawab.

📌 Institute of Prophetic Cosmology and Eschatology (IPCE)
Serial: INDONESIA DALAM GEJOLAK TRANSISI GLOBAL

Cirebon, 29 Oktober 2025

Posted in

BERITA LAINNYA

1.483 Honorer Pemkab Bangka di Luar Data Base BKN Tetap Dipertahankan, Ini Skema yang Diambil Pj Bupati

GETARBABEL.COM, BANGKA — Pemkab Bangka akan tetap berupaya mempertahankan tenaga…

Tahun 2025 Pemkot Siapkan Beasiswa Pendidikan, Ini Syaratnya

GETARBAEL.COM, PANGKALPINANG–- Pemerintah Kots Pangkalpinang pada tahun 2025  nanti akan…

Rumah Kontrak di Bukit Mang Kadir Belinyu Disulap Jadi Gudang Pendingin Baby Lobster, Begini Modusnya

GETARBABEL.COM, BANGKA — Direktorat Polairud Polda Kepulauan Bangka Belitung (Babel)…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI