Tiga Profesor Jepang Kunjungi PT BAA, Ingin Kembangkan Tanaman Sagu di Indonesia

IMG-20240520-WA0164

GETARBABEL.COM, BANGKA — Tiga orang Profesor Ahli Agronomi asal Jepang, yakni Prof Hiroshi Ehara,  Prof Tokuda keduanya dari Nagoya University dan Prof Hiroshi Naito dari Kurashiki University dan Saki Ehara, dari PT Japan Asia Consultants (anak dari Prof Hiroshi Ehara) mengunjungi pabrik tepung tapioka dan sagu PT BAA Kelurahan Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka, Senin (20/05/2024).

Kedatangan para ahli pertanian asal Jepang ini dalam rangka pengembangan  tanaman sagu di Indonesia umumnya dan Kabupaten Bangka khususnya.

Mereka disambut langsung oleh owner PT BAA, Fidriyanto alias Abo, putra asli Kabupaten Bangka yang ahli dalam bidang tepung tapioka dan sagu, juga Kabag Ekonomi Setda Bangka Rudiansyah dan para manager PT BAA.

Saki Ehara, juru bicara Tim Profesor Jepang mengatakan masyarakat negara Jepang sudah lama mengenal tanaman sagu sebagai salah satu sumber pangan, yakni sejak tahun 1945 saat akhir penjajahan Jepang di Indonesia.

“Saat Perang Dunia ke-2 itu kan Jepang kalah dan para tentara Jepang yang ada di Indonesia jadi takut dan lari ke hutan takut dibunuh musuh orang Indonesia apalagi Belanda. Mereka dapat kabar bila ingin pulang kembali ke Jepang lewat kapal yang ada di Jayapura Papua. Jadi mereka yang ada di mana-mana berusaha menuju Papua agar bisa kembali ke Jepang,” katanya.

Usaha untuk menuju Jayapura Papua itu mereka kehabisan bahan makanan dan juga ada yang meninggal dunia karena kelaparan.

“Namun ada orang-orang lokal yang ditemui memberitahukan ada tanaman sagu yang bisa di makan, mereka mengajarkan cara mengambil sagu dari pohonnya dan juga cara memasak dan memakannya secara sederhana sehingga dapat nutrisi dan bertahan hidup, dan bisa mencapai Jayapura Papua hingga bisa pulang ke Jepang,” jelasnya.

Dari sejarah itulah orang-orang Jepang mengenal tanaman sagu dan awalnya di Jepang ada Profesor Nagato memiliki banyak teman yang menjadi tentara di Indonesia yang menceritakan soal tanaman sagu ini yang menolong mereka bertahan hidup.

“Prof Nagato ini orang yang berhasil dalam bisnis dan di masa tuanya mendonasikan hartanya untuk biaya penelitian tentang sagu di Indonesia. Saat ini papa saya Prof Hiroshi Ehara merupakan generasi kedua dari Yayasan Masyarakat Sagu Jepang yang melanjutkan penelitian soal sagu di Indonesia sudah pengalaman sekitar 40 tahun di Indonesia,” ujarnya.

Jadi bagi orang-orang Jepang sudah banyak yang tau kalau di Indonesia itu ada tanaman pangan yang sehat, yakni sagu ini. Sagu ini sehat, gluten free dan bagus sekali untuk pangan dan saat ini banyak perusahaan Jepang juga menggunakan bahan baku dari sagu juga, untuk makanan penumpang pesawat dan lainnya,” jelasnya.

Sementara itu Prof Hiroshi Ehara, peneliti sagu dari Nagoya University mengatakan secara akademik penelitian sudah banyak dilakukan mengenai tanaman sagu ini, termasuk juga hasil produk turunan dari sagu ini, seperti jadi pasta, kue-kue , mie, dan lainnya.

“Memang yang dilakukan di Jepang soal sagu ini baru sebatas penelitian, namun secara real aplikasi  baru bisa dilakukan di Indonesia. Jepang memiliki teknologi dan kultur jaringan untuk pengembangan bibit tanaman sagu ini namun untuk aplikasinya harus dilakukan di Indonesia,” katanya.

Menurut Prof Hiroshi Ehara dari satu pohon sagu menghasilkan 3.000 biji bibit tanaman sagu, di mana yang bisa hidup sekitar 70 persen.

“Jadi untuk memperbanyak tanaman sagu ini bisa dilakukan melalui penyemaian  biji dan anak tanaman sagu yang tumbuh secara alami. Memang di Indonesia kebanyakan dari anakan yang tumbuh secara alami,” jelasnya .

Sedangkan Sulaiman, Humas PT BAA mengatakan sangat bersyukur dan merasa senang ternyata masyarakat Jepang sangat perhatian dengan bahan pangan sagu di Indonesia.

“Cuma saat ini pemerintah daerah dan pusat belum konsen untuk perhatian kepada tanaman sagu , padahal sagu salah satu aspek penunjang ketahanan pangan nasional,” kata Sulaiman.

Diungkapkannya dengan adanya perubahan iklim saat ini, tanaman pangan yang tahan terhadap ini adalah sagu.

“Memang saat ini sagu belum dilirik dan diperhatikan pemerintah sebagai tanaman pangan, termasuk juga masyarakat. Saat ini sagu baru tumbuh secara alami belum ditanam dan kita hanya menebang saja, bagaimana ke depan daerah 20 persen di Indonesia ini ada daerah perairan air tawar dan bisa ditanami sagu yang memiliki nilai ekonomi tinggi,” ujarnya.

(Getarbabel.com/Edw, Foto: Kunjungan para Profesor ahli Agronomi asal Jepang ke PT BAA dalam rangka pengembangan tanaman sagu. Edw)

Posted in

BERITA LAINNYA

Para Ayah ”Dibriefing” Bupati Algafry, Harus terlibat aktif Mengasuh Anak

KOBA–Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak…

Ada Incumbent yang Tersingkir, Anggota KPU Bangka dan Pangkalpinang Terpilih Diumumkan

JAKARTA—Komisi Pemilihan Umum (KPU)RI telah megumumkan Calon Anggota KPU Bangka…

Hari Pramuka ke 63, Kwartir Cabang Pramuka Bangka Gelar Upacara di Buper Eks Tambang 23

GETARBABEL.COM, BANGKA- Momen peringatan hari Pramuka ke 63, Kwartir Cabang…

POPULER

HUKUM

1a-oke

IPTEK

2-ok

TEKNOLOGI