Implikasi Penolakan Zionis Atas Solusi Dua Negara: Dari Pax Judaica Menuju Malhamah Kubra?

IMG-20250711-WA0049 (1)

Oleh: Institut Kosmologi dan-Eskatologi Profetik I(KEP)

Artikel ini menganalisis implikasi strategis dan eskatologis dari penolakan Zionis terhadap solusi dua negara. Berdasarkan kerangka pemikiran Syekh Imran Hosein, penolakan tersebut bukan sekadar sikap politik, melainkan bagian dari skenario teologis menuju pendirian Pax Judaica—hegemoni global yang berpusat di Yerusalem.

Tulisan ini menyoroti tiga strategi operasional Zionis: pembunuhan, pengusiran, dan perbudakan, yang saat ini terjadi dalam tragedi Gaza.

Lebih lanjut, artikel ini mengkaji kemungkinan pembangunan Kuil Ketiga di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsa sebagai pemicu konflik global (Malhamah Kubra). Meski membahas skenario terberat, tulisan ini bertujuan bukan untuk menebar ketakutan, melainkan sebagai bentuk kesiapan mental dan spiritual dalam membaca tanda-tanda zaman.

Ketika Diplomasi Ditolak, Skenario Teologis Berbicara

Penolakan Israel terhadap solusi dua negara dalam Sidang Umum PBB September 2025 bukanlah sekadar blunder diplomatik. Dalam perspektif Eskatologi Islam, penolakan ini adalah konsistensi logis dari narasi besar Zionisme: penguasaan Palestina secara mutlak sebagai prasyarat hegemoni global (Pax Judaica).

Bagi Israel, pengakuan terhadap kedaulatan Palestina sama dengan mengakhiri proyek mesianis mereka. Karena itu, solusi dua negara tidak pernah menjadi opsi—hanya merupakan taktik mengulur waktu.

Tiga Strategi Zionis: Pembunuhan, Pengusiran, Perbudakan

Syekh Imran Hosein merujuk pada tiga strategi sistematis yang akan dijalankan Zionis untuk menguasai Palestina sepenuhnya:

Pembunuhan (extermination): Menghabisi perlawanan dengan kekerasan terstruktur, seperti yang terjadi di Gaza.

Pengusiran (expulsion): Meminggirkan penduduk asli melalui pemindahan paksa dan perampasan lahan.

Perbudakan (enslavement): Menjadikan yang tersisa sebagai tenaga kerja terdominasi dalam sistem apartheid.

Ketiganya bukan lagi teori, melainkan realitas yang terekam dalam laporan PBB dan lembaga HAM internasional.

Dari Al-Aqsa ke Kuil Ketiga: Pemicu Armageddon?

Tahap berikutnya, menurut Syekh Imran, adalah penghancuran Masjid Al-Aqsa—entah oleh serangan langsung atau “gempa yang mencurigakan”—dan pembangunan Kuil Ketiga di atasnya.

Dalam teologi Zionis, Kuil Ketiga adalah prasyarat kedatangan Mashiach, yang dalam Islam dipahami sebagai Dajjal.

Skenario ini akan menjadi pemicu konflik global (Malhamah Kubra), dimana negara-negara yang selama ini menentang hegemoni Barat—seperti Rusia, Tiongkok, dan Iran—akan turun langsung.

Inilah yang dalam tradisi Kristen disebut Armageddon, dan dalam Islam sebagai pertanda akhir zaman.

Tragedi Palestina: Menuju Puncak Kalabendu Global

Penolakan Israel terhadap solusi dua negara mempercepat polarisasi global:

Blok Pendukung Zionis: AS, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan sebagian Eropa yang terikat kepentingan ekonomi-keamanan.

Blok Penentang: BRICS+, dunia Islam, dan negara-negara Global South yang semakin kehilangan kesabaran.

Tragedi Palestina dengan demikian bukan lagi konflik lokal, melainkan simbol puncak kalabendu global—fase gelap penuh kebuntuan yang dalam hikmah profetik selalu mendahului fajar perubahan.

Konflik ini tidak lagi sekadar tentang perebutan tanah, melainkan tentang arah peradaban: apakah dunia akan tunduk pada hegemoni sektarian, atau melahirkan tatanan baru yang lebih adil.

Bukan untuk Ditakuti, Tetapi untuk Dipahami

Artikel ini tidak dimaksudkan untuk menebar kepanikan. Sebaliknya, ia adalah ajakan untuk:

Kewaspadaan kolektif: Membaca realitas politik dengan pendekatan geopolitik dan geoprofetik.

Kesiapan spiritual: Menguatkan ketahanan iman dan persaudaraan, karena ujian terberat mungkin belum tiba.

Diplomasi proaktif: Mendorong solusi yang tidak mengabaikan dimensi keadilan dan kemanusiaan.

Sebelum Fajar, Malam Semakin Kelam

Sabda Nabi SAW:

“Bersabarlah, karena sesungguhnya tidak datang suatu zaman melainkan zaman berikutnya lebih buruk darinya sampai kalian menjumpai Rabb kalian.” (HR. Bukhari, 7068).

Fase kalabendu—kegelapan global—memang sedang memuncak. Namun, sejarah membuktikan: setiap kezaliman memiliki batas waktunya. Tugas kita adalah tetap teguh dalam kebenaran, sekaligus cerdas membaca arah angin sejarah.

Epilog: Nyalakan Iman di Tengah Kegelapan

Di tepi sejarah yang retak,
ketika bangsa-bangsa berbaris dengan panji kebencian,
kita belajar bahwa keangkuhan hanyalah bayangan,
sedang kebenaran tetap tegak di bawah cahaya Ilahi.

Jangan biarkan diri tercerai oleh nafsu,
sebab badai akhir zaman tak memilih korban.
Hanya barisan yang utuh,
yang akan berlayar melewati samudra gelap menuju fajar.

Bangunlah cahaya dari hati yang jernih,
biarkan ia menyalakan iman kolektif,
lebih kokoh dari benteng baja,
lebih abadi dari singgasana penguasa dunia.

Malam memang kian pekat sebelum fajar,
tetapi siapa yang menyalakan pelita bersama,
akan menemukan jalan pulang,
menuju rahmat dan kemenangan sejati.

Rujukan

Syekh Imran (16 jam yang lalu). Agenda Israel untuk Menguasai Dunia. https://youtu.be/9R0ye6NW6xo?si=fkQ_WaLiFUFR-PMh

UN General Assembly Records (2025). Voting Analysis on the Two-State Solution.

Hadits Riwayat Bukhari No. 7068.

والله أعلم بالصواب

✍️ Institute of Prophetic Cosmology and Eschatology/Institut Kosmologi dan Eskatologi Profetik

🤝 Kolaborasi Manusia–AI: Menjembatani geopolitik dengan geoprofetik, membaca tanda-tanda zaman

26/09/2025

Posted in

BERITA LAINNYA

BREAKING NEWS: Massa Pendukung PT Pulomas Gelar Unjuk Rasa, Konsultasi Publik Pabrik Pengolahan Silika Dibatalkan

GETARBABEL.COM, BANGKA — Massa mengatasnamakan nelayan dan ormas pendukung PT…

Jaksa Agung Copot Jabatan Oknum Jaksa “Y”

JAKARTA—Jaksa Agung ST Burhanuddin tidak main-main terhadap oknum jaksa yang…

Didorong Sejumlah Kader dan Pengurus, Nama Bakal Cawako Pangkalpinang H Syaiful Menguat

GETARBABEL.COM, PANGKALPINANG – DPW Partai Nasdem Kepulauan Bangka Belitung menggelar…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI