Siap Jadi Abdi Rakyat, Ini Impian Rudiansyah Jika Terpilih
By beritage |
GETARBABEL.COM, BANGKA- Menjadi seorang bupati atau kepala daerah itu tujuannya…
Friday, 5 September 2025
Oleh: Muhammad Tamimi || Mahasiswa Program S2 Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Perikanan dan Kelautan Universitas Bangka Belitung
Keberlanjutan belakangan ini menjadi kata kunci dalam program pertanian, baik di bidang pendidikan, penyuluhan, penelitian, maupun kebijakan pemerintah. Untuk menunjang komunikasi yang efektif di antara para pengajar, peneliti, dan praktisi pertanian, diperlukan kesepakatan mengenai definisi pertanian berkelanjutan. Definisi tersebut harus cukup luas untuk mencakup beragam situasi pertanian, namun juga cukup spesifik agar dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai keberlanjutan berbagai sistem alternative, pada kesempatan ini yang dibahas adalah alternative kelekak. Agar bermanfaat sekaligus fleksibel, definisi ini sebaiknya “berorientasi pada tujuan” dan bukan sekadar “berorientasi pada sarana”.
Weil, R. R. (1990), dalam tulisannya tentang defining and using the concept of sustainable agriculture. Journal of Agronomic Education, 19(2), 126-130 yang menawarkan salah satu definisi pertanian berkelanjutan, meninjau beberapa definisi lain yang telah diajukan, serta mengklarifikasi sejumlah konsep, seperti “input rendah” yang sering dikaitkan dengan isu keberlanjutan. Kelekak sebagai kearifan lokal Bangka kiranya dapat disandingkan dengan konsep tersebut.
Istilah kelekak bagi orang Bangka sudah tidak asing lantaran telah menjadi peninggalan ajaran orang tua kepada anaknya manakala usai berkebun atau bertani komoditas pangan atau hortikultura. Di Bangka Belitung sendiri khususnya di Desa Kemuja, Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka tempat kelahiran masih tersedia yang namanya kelekak tersebut. Kearifan lokal itu dianggap sebagai warisan untuk dijadikan tempat tumbuhnya tanaman buah-buahan dan kayu, seperti durian, duku, rambutan, manggis cempedak dan sejenisnya.
Orang melayu Bangka menyebut nama kelekak ini dengan istilah “kelak untuk ikak”. Sederhananya, istilah kelekak sebagai bentuk kearifan lokal dari ajaran orang tua yang diwariskan kepada anak cucu untuk senantiasa memiliki budaya menanam tanaman buah-buahan. Secara umum, kelekak memiliki nilai filosofis dari peninggalan orang tua untuk lintas generasi agar selalu menjaga sumber daya alam dan lingkungan (DLHK Babel).
Keunggualan kelekak sebagai jenis budidaya low input
Secara umum, kelekak memiliki manfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi. Secara ekologi, kelekak dimaknai sebagai penanaman pohon buah-buahan yang tumbuh subur didalamnya. Kehadiran yang disebut hutan desa itu berfungsi menyiapkan cadangan air sebagai persiapan menghadapi kekeringan pada musim kemarau. Sementara itu, tanaman berkayu yang tumbuh di kelekak dapat menyerap air agar tidak kebanjiran pada musim hujan.
Fungsi ekologi lainnya, suburnya pepohonan di kelekak pula sebagai tempat tinggal atau rumah bagi makhluk hidup flora dan fauna, seperti burung, ular, kera, dan hewan sejenisnya. Kehadiran kelekak ini tentu dapat menjaga ekosistem flora dan fauna lantaran terus berkembang biak, sehingga terhindar dari kepunahan. Fungsi ekologi berikutnya, kehadiran kelekak sebagai tempat ruang hijau bagi masyarakat untuk menjaga stabilitas iklim ditengah krisisnya hutan saat ini, sehingga kelekak dapat menyumbang ketersediaan oksigen bagi kebutuhan manusia yang hidup di sekitarnya.
Sedangkan manfaat kelekak secara sosial, tentunya kehadiran kelekak dapat memberikan pemerataan dan kesejahteraan sosial lantaran kelekak dapat merajut persaudaraan antar keluarga dan masyarakat. Pada musim buah-buahan di kelekak, para keluarga ini berbondong-bondong datang memetik buah bersama sanak saudara baik anak, cucu, cicit dan lainnya yang muaranya tercipta keluarga harmonis sekaligus merajut silaturrahmi memperkuat keutuhan keluarga.
Kelekak pula memiliki manfaat secara ekonomi, ketika musim buah-buahan tiba, hasil dari kelekak bisa menjadi sumber pendapatan utama bagi pewaris kelekak. Tanaman buah yang menghasilkan lebih dari satu jenis tersebut, seperti durian, duku, rambutan, cempedak maupun buah lainnya bergantian berbuah. Beragam buah yang dipetik ini bisa dijual dengan harga jual bervariasi, sehingga hasil jualan bisa menjadi tabungan masa depan untuk persiapan masa senjang menuju musim buah berikutnya.
Kearifan Lokal
Kehadiran kelekak yang kita nikmati sampai kini merupakan konsep sederhana dari peninggalan orang tua kita yang harus dilestarikan dari generasi antar generasi. Tanpa disadari ternyata kehadiran kelekak telah memberikan edukasi pendidikan lingkungan bagi generasi muda kita. Tugas generasi saat ini adalah menjaga kelestarian kelekak dari segala bentuk ancaman agar terawat secara tradisional.
Bagi yang masih punya kelekak diharapkan tidak menggarap tempat itu menjadi kawasan pemukiman atau pengelolaan lain yang dikhawatirkan rawan alih fungsi. Beberapa kelekak ternyata bisa dikelola menjadi ekowisata yang memperoleh nilai ekonomis. Selain menghasilkan buah-buahan, kelekak juga menghasilkan madu dan jamur. Untuk diketahui harga madu saat ini sangat menggiurkan lantaran manfaat banyak bagi kesehatan. Begitu pula jamur, harganya dari ratusan sampai jutaan bila dikelola secara profesional bisa mendatangkan kematangan ekonomi bagi warga setempat.
Selain manfaat ekologi, sosial dan ekonomi, ternyata kelekak mengandung nilai-nilai agama karena kelekak merupakan anugerah yang diberikan tuhan kepada manusia yang keberadaanya harus dijaga dan dipelihara. Bila disandingkan dengan adat istiadat menganggung, kelekak sangat berkaitan lantaran buah-buahan atau hasil dari kelekak itu bisa dijadikan buah tangan yang dimasukkan dalam dulang untuk dibawa ke masjid, kemudian makan secara berjamaah. Tentu ada semangat kebersamaan dan budaya sedekah sebagai bentuk rasa syukur kita kepada yang kuasa.
Tantangan Kedepan
Tantangan kedepan atas kehadiran kelekak tersebut tentunya dikhawatirkan terjadinya alih fungsi lahan tambang, kepentingan ekonomi termasuk minimnya peran generasi muda dalam merawat keberadaan kelekak sebagai kearifan lokal. Tak hanya itu, kebijakan pemerintah yang belum konsisten dalam memberikan perlindungan terhadap kelekak sangat mempengaruhi sebagai warisan budaya kearifan lokal.
Tapi jangan berkecil hati, karena masih ada upaya untuk menyelamatkan kelekak sebagai warisan anak cucu kita dengan cara menjadikan kelekak sebagai ekowisata, tempat edukasi dan penelitian. Aktivitas yang positif ini setidaknya bisa mendatangkan manfaat besar bagi masyarakat, puncaknya menumbuhkan rasa minat dan motivasi untuk memiliki keberadaan kelekak. Begitu pula penguatan komunitas yang ditugaskan untuk menyemarakkan kelekak sebagai tempat strategis yang dikelola secara arif dan bijaksana agar menghasilkan nilai ekonomi yang berkelanjutan.
Kelekak yang dianggap sebagai sumber daya alam ini sangat memberikan dampak positif bagi alam maupun manusia karena kelekak bukan sekedar sebagai tempat paru-paru desa, namun kelekak pula bisa menjadi tumpuan untuk ketahanan pangan berkelanjutan melalui sistem agroforestri tradisional yang menjaga keseimbangan alam, menyediakan ketahanan pangan dan sumber ekonomi, sehingga harus dijaga kelestariannya bagi generasi warisan anak cucu.
Berhubungan dengan ciri low input dalam pertanian berkelanjutan kiranya kelekak berfungsi untuk adaftasi dan mitigasi perubahan iklim yang sangat berdampak terhadap ketahanan lingkungan dan ekonomi masyarakat lokal. Sebagai konsep pertanian berkelanjutan, kelekak diharapkan dapat mencapai stabilitas pangan yang berkelanjutan, memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia dan melindungi kapasitas produksi pangan di masa depan. (Marta, et al., 2024). (***).
Posted in IPTEK
GETARBABEL.COM, BANGKA- Menjadi seorang bupati atau kepala daerah itu tujuannya…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Dalam rangka memastikan kesiapan pengamanan Pilkada serentak…
GETARBABEL.COM, JAWA TENGAH- Di sela-sela retreat yang digelar di Akademi…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…