Masyarakat tak Puas Hanya Tambang Tradisional yang Legal, Masalahnya Siapa yang Mau Beli?

15

GETARBABEL.COM, BANGKA — Masyarakat Kabupaten Bangka, khususnya di Kecamatan Belinyu dan Riau Silip menyambut baik kebijakan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang melegalkan aktivitas penambangan pasir timah tradisional saat ini dengan alasan sekadar untuk mencari makan bagi masyarakat.

Namun di sisi lain kebijakan kurang memberikan rasa puas bagi masyarakat penambang, karena mereka kesulitan untuk menjual timah hasil penambangan karena para pengepul timah skala kecil banyak yang tutup, karena resiko besar kerugian takut kena razia APH (Aparat Penegak Hukum).

Seperti diungkapkan, Didi, warga Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka mengaku sudah cukup lama menggantungkan hidup mencari nafkah dari hasil menambang biji timah menggunakan alat sederhana.

“Kita ini penambang tradisional hanya menggunakan piring dan karpet dengan hasil sangat minim, cuma sekitar 5 ons hingga 1kg per hari,” katanya, Jumat (26/07/2024).

Ditambahkannya, walaupun saat ini penambang timah tradisional dilegalkan tapi sangat mengeluh kesulitan untuk menjual hasil yang didapatkan.

“Terkadang 2 sampai 3 hari baru ada yang mau beli, itu pun terkadang bukan penampung atau pembeli timah, melainkan warga yang prihatin untuk menolong karena timah mereka tidak ada yang membelinya,” imbuhnya.

Diharapkannya, ada perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk bisa melegalkan juga para penampung atau pembeli biji timah skala kecil ini.

“Bila pembeli timah skala kecil juga dilegalkan agar mereka bisa membantu kami untuk menjual hasil menambang timah yang sudah dilegalkan saat ini,” harapnya.

Foto: Ilustrasi Pasar Belinyu Sepi dan aktivitas ekonomi masyarakat Belinyu sepi sehingga tidak mampu menyelenggarakan pawai dan karnaval HUT Kemerdekaan RI. IST

Sementara itu salah satu pembeli timah yang sudah menghentikan aktivitasnya mengaku rumahnya masih sering didatangi warga yang ingin menjual hasil biji timah mereka.

“Saya tidak mau beli lagi bijih timah karena tidak mau mengambil resiko, karena barang yang kami tampung hanya sedikit, sehingga tidak sesuai dengan resiko yang harus ditanggung bila dirazia APH,” ujarnya.

Ditambahkannya, walaupun kita ikut aturan perizinan, namun tidak sesuai dengan jumlah bijih timah yang bisa tampung.

“Harapan kita bukan hanya para penambang tradisional saja yang legal, tapi memohon juga kepada pemerintah daerah, untuk ada solusi tentang pembeli atau penampung biji timah skala kecil ini agar dilegalkan juga,” harapnya.

(Getarbabel.com/ Edw, Foto: Ilustrasi Pasar Belinyu Sepi dan aktivitas ekonomi masyarakat Belinyu sepi sehingga tidak mampu menyelenggarakan pawai dan karnaval HUT Kemerdekaan RI. IST)

Posted in

BERITA LAINNYA

Di Desa Ini 25 Ekor Sapi Disembelih, Tiap KK Dapat Jatah 4 Kg

GETARBABEL.COM, BANGKA– Sedikitnya ada 25 ekor hewan qurban sapi yang…

Masjid Faturrahman Desa Kimak Potong 23 Ekor Sapi

GETARBABEL.COM, BANGKA-  Panitia kurban Masjid Faturrahman Desa Kimak Kecamatan Merawang…

Mengembangkan Peternakan Sapi di Kawasan Transmigrasi, Wamen Viva Yoga: Mewujudkan Swasembada Daging dan Meningkatkan Kesejahteraan Transmigran Peternak

GETARBABEL.COM, JAKARTA – Keinginan mewujudkan swasembada daging untuk mendukung Indonesia…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI