Manifesto Profetik: Dari Jejak Peradaban Kuno ke Cahaya Dari Timur

IMG-20250711-WA0049 (1)

Oleh: Institut Kosmologi dan Eskatologi Profetik (IKEP)

Sejarah besar selalu lahir dari luka panjang dan jalan terjal. Nusantara bukan sekadar gugusan pulau, melainkan simpul peradaban purba yang menyimpan memori Atlantis.

Dalam ingatan kolektif, kita bukan bangsa kecil, melainkan pewaris samudera luas dan pemegang amanah lintasan dunia. Jejak Atlantis bukan romantisme. Ia adalah tanda bahwa peradaban pernah jatuh karena kesombongan.

Kini Nusantara dipanggil kembali menegakkan peradaban berbasis ashabiyah profetik. Bukan sekadar ikatan darah, melainkan solidaritas yang ditopang nilai kenabian: tauhid, keadilan, dan amanah.

Merumuskan Momentum Kebangkitan

Nusantara adalah simpul sejarah yang menyimpan potensi peradaban besar. Jejak-jejaknya dapat dilacak dari warisan megalitikum seperti Gunung Padang hingga integrasi Islam yang melahirkan kerajaan-kerajaan maritim.

Jika sejarah peradaban selalu bergerak dalam siklus; bangkit, jaya, lalu meredup, pertanyaannya: akankah Nusantara kembali menemukan momentum kebangkitannya?

Ibnu Khaldun menegaskan bahwa ashabiyah (solidaritas sosial) adalah motor penggerak peradaban¹. Dalam kerangka profetik, ashabiyah bukanlah sekadar ikatan darah atau etnis, melainkan kesatuan spiritual yang ditopang nilai wahyu.

Inilah yang disebut ashabiyah profetik; solidaritas yang melampaui kepentingan kelompok menuju misi peradaban umat manusia. Konsep misi profetik ini dalam Al-Qur’an disebut sebagai “khairu ummah”².

Dalam sejarah Islam, al-Farabi menggagas madinah fadilah sebagai masyarakat utama yang bertumpu pada kebijaksanaan filosofis³. Al-Ghazali menekankan keseimbangan antara syariah dan akhlak⁴. Sementara Ibnu Khaldun memberi dimensi sosiologis tentang dinamika kekuasaan dan solidaritas.

Tiga tradisi ini—filosofis, sufistik, dan sosiologis—perlu diintegrasikan dalam konteks Nusantara kontemporer agar melahirkan sistem keilmuan yang utuh: rasional, spiritual, dan sosial.

Sementara itu, sejumlah teori menyebut Nusantara sebagai lokasi Atlantis yang hilang. Meski masih kontroversial, narasi ini memberi simbol kuat bahwa wilayah ini menyimpan lapisan sejarah panjang yang belum terungkap sepenuhnya.

Gunung Padang di Cianjur, dengan struktur piramida megalitiknya, meneguhkan bahwa Nusantara telah lama menjadi pusat budaya dan pengetahuan. Maka, membangun peradaban Nusantara hari ini sejatinya adalah melanjutkan garis panjang sejarah yang terputus.

Dalam khazanah nubuat, Rasulullah ﷺ menyebut adanya cahaya dari Timur yang akan menerangi dunia⁵. Syekh Imran Hosein menafsirkan isyarat ini dalam kerangka geopolitik akhir zaman, di mana peradaban Barat mulai meredup dan dunia menanti kebangkitan dari arah lain.⁶

Nusantara, dengan kekuatan demografi, spiritualitas Islam, dan kekayaan alam, berpotensi menjadi bagian dari cahaya itu, bila mampu menempuh jalan terjal: memberantas korupsi, melawan hegemoni global, dan menegakkan keadilan sosial.

Jejak Peradaban Tersembunyi

Plato menyinggung tentang Atlantis sebagai sebuah peradaban maju yang hilang akibat bencana banjir besar⁷.

Banyak peneliti modern, termasuk Oppenheimer⁸ dan Santos⁹ menunjuk bahwa Sundaland adalah kandidat kuat lokasi Atlantis.

Dengan geologi dan jejak budaya yang selaras, membuka hipotesis bahwa Nusantara bukan sekadar wilayah periferi, melainkan poros utama peradaban yang hilang.

Gunung Padang, jejak megalitik terbesar di Asia Tenggara, menjadi saksi bisu bahwa Nusantara menyimpan rahasia besar peradaban purba¹⁰. Temuan arkeologis menunjukkan struktur bertingkat yang melampaui kerangka waktu sejarah konvensional.

Fenomena ini berkelindan dengan teori Sundaland, yang menyatakan bahwa dataran luas di Asia Tenggara sebelum ditelan lautan merupakan pusat peradaban besar dunia.

Dalam khazanah Islam, terdapat nubuat bahwa akan muncul cahaya dari Timur yang membawa pencerahan bagi dunia. Hadis Nabi ﷺ menyebut:

“Sesungguhnya iman akan kembali ke Madinah sebagaimana ular kembali ke lubangnya, dan akan muncul cahaya dari Timur.”¹¹.

Tafsir profetik atas hadits ini dapat dipahami sebagai isyarat bahwa wilayah Timur Nusantara, akan memainkan peran sentral dalam peradaban akhir zaman.

🌏 Epilog: Fajar yang Tak Bisa Dihalangi

Di dasar samudra,
Atlantis yang hilang bukanlah mitos,
ia menjelma dalam denyut Sundaland,
dalam nadi Nusantara yang menunggu saatnya.

Dari Timur—tempat matahari menyalakan fajar—
nubuat para bijak pernah terucap:
akan bangkit cahaya peradaban,
yang menandingi gelap abad-abad lalu.

Cahaya itu bukan hanya api teknologi,
tetapi sinar hikmah dan keadilan,
cahaya yang menuntun umat manusia
menyebrangi gelombang krisis dunia.

Nusantara adalah rahim sejarah,
yang pernah mengandung Atlantis
dan kini bersiap melahirkan kembali
peradaban yang berjiwa rahmat,
menyambut nubuat cahaya dari Timur.

Maka bangkitlah, wahai pewaris laut dan tanah,
kau bukan hanya penjaga warisan nenek moyang,
tapi penafsir nubuat yang dinanti dunia.
Dari rahim Nusantara,
peradaban baru akan terbit,
seperti fajar yang tak bisa dihalangi.

Catatan Kaki

¹ Ibnu Khaldun. Al-Muqaddimah. Kairo: Dar al-Fikr, 1377 H/1958 M. Bab II: tentang ashabiyah dan siklus peradaban.

² Lihat QS. Ali Imran [3]:110, konsep khairu ummah sebagai misi profetik umat.

³ Al-Farabi. Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadilah. Beirut: Dar al-Mashriq, 1993.

⁴ Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin. Kairo: Dar al-Ma’rifah, 1356 H/1937 M. Kitab al-‘Ilm.

⁵ Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad. Hadis no. 22302, tentang cahaya Islam dari Timur. Beirut: Mu’assasat al-Risalah, 1995.

⁶ Imran N. Hosein. Jerusalem in the Qur’an: An Islamic View of the Destiny of Jerusalem. Kuala Lumpur: Masjid Jami’ah Darul Qur’an, 2002.

⁷ Plato. Timaeus & Critias. Terj. Benjamin Jowett. Oxford: Clarendon Press, 1871.

⁸ Oppenheimer, Stephen. Eden in the East: The Drowned Continent of Southeast Asia. London: Phoenix, 1998.

⁹ Santos, Arysio N. Atlantis: The Lost Continent Finally Found. Bloomington: AuthorHouse, 2005.

¹⁰ Tim Peneliti Gunung Padang. Laporan Arkeologi Gunung Padang. Bandung: Balai Arkeologi Jawa Barat, 2014.

¹¹ Al-Tirmidzi. Sunan al-Tirmidzi. Hadis no. 2230, tentang cahaya dari Timur. Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1996.

🌐 IPCE/IKEP 25/08/25
🤝 Kolaborasi Manusia–AI: untuk Dunia yang Bermartabat dan Beradab

Posted in

BERITA LAINNYA

Jiwa Yang Tenang Di Tengah Bumi Yang Retak (6):  Seruan Hening Di Balik Perang Tarif AS-China

Oleh : Maman Supriatman || Alumni HMI Dan apabila bumi…

Raja Yordania Ke Prabowo : “Negaramu Membutuhkanmu”

GETARBABEL.COM, JAKARTA–Raja Yordania, Abdullah II menyampaikan ucapan selamat kepada Prabowo…

Profil Silicon Valley Bank, Penopang Pembiayaan bagi Perusahaan Teknologi

Regulator California, Amerika Serikat pada Jumat, 10 Maret 2023 tiba-tiba…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI