Membedah Luka Peradaban: Dekonstruksi Ekologi Global

IMG-20250711-WA0049 (1)

Oleh: Institut Kosmologi dan Eskatologi Profetik (IKEP)

🕊️ ABSTRAK

Artikel ini mengupas krisis ekologi global sebagai manifestasi dari krisis spiritual dan kosmologis modern.

Dengan pendekatan ekoteologis dan spiritualitas profetik, kerusakan alam dibaca sebagai bentuk syirik struktural—ketika manusia modern memisahkan semesta dari Sang Pencipta.

Dalam lanskap Anthropocene, artikel ini menyerukan pergeseran paradigma: dari dominasi menuju partisipasi dalam dzikir semesta, dari eksploitasi menuju teknologi yang bersujud.

📍PENDAHULUAN

Krisis ekologis dewasa ini bukan sekadar persoalan teknis yang dapat diselesaikan melalui pendekatan saintifik atau kebijakan publik semata. Ia merupakan refleksi dari kegagalan mendalam dalam cara manusia modern memandang dan memperlakukan alam.

Sebagaimana diingatkan oleh Seyyed Hossein Nasr, krisis ini lahir dari pemisahan antara ilmu, kosmos, dan Ketuhanan—sebuah dislokasi spiritual yang menjadikan alam bukan lagi ayat, tetapi objek produksi tanpa jiwa.

Dalam konteks ini, Dekonstruksi Ekologi Global yang ditawarkan oleh IKEP berupaya membaca ulang krisis ini melalui lensa spiritualitas profetik.

Ekologi tidak lagi dipahami semata sebagai tata kelola lingkungan, tetapi sebagai ruang dzikir semesta, tempat di mana langit, laut, batu, dan ozon bertasbih bersama.

Melalui pendekatan ini, manusia diposisikan kembali bukan sebagai penguasa alam, tetapi sebagai peserta dalam orkestra dzikir kosmik.

Dengan menggali warisan ekoteologis Nusantara dan menyusun narasi teknologi yang bersujud, artikel ini mengusulkan revolusi spiritual sebagai fondasi transisi ekologis masa depan.

Sebuah ajakan untuk mendengar kembali rintihan bumi, dan menjawabnya dengan tasbih, bukan sekadar teknokrasi.

⚖️ BUMI YANG MERINTIH

Bumi hari ini bukan hanya sedang sakit. Ia sedang merintih. Hutan dibabat demi ekonomi, laut menjadi septic tank global, udara jadi limbah industri.

Tapi ini lebih dari sekadar kerusakan teknis. Ini adalah penderitaan spiritual semesta.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia…” (QS. Ar-Rūm: 41).

Inilah bentuk syirik struktural modern: memisahkan semesta dari Sang Pencipta.

🔥 MODERNITAS, INDUSTRI, DAN EKOSIDA

Modernitas menjanjikan kemajuan, tapi menghadirkan ekosida:

Keanekaragaman hayati punah

Iklim ekstrem meluas

Tanah subur jadi tandus

Kapitalisme ekologis dan industrialisasi tak terbatas menjadikan bumi bukan tempat sujud, tapi objek eksploitasi.

Ini bukan hanya krisis ekologi. Ini adalah krisis kosmologis dan spiritual.

📜KETIKA MANUSIA MENJADI TUHAN KECIL

Ilmuwan menyebut era ini Anthropocene: manusia sebagai kekuatan geologis yang merusak bumi.

Tapi spiritualitas profetik melihat lebih dalam: ini adalah era ketika manusia melupakan tugas khalifah dan mengidolakan ciptaan sendiri.

Modernitas telah menjadikan manusia pusat eksploitasi, bukan penjaga semesta.

Di sinilah kritik Seyyed Hossein Nasr menjadi penting. Ia menyatakan bahwa:

“Krisis ekologi adalah hasil dari pemisahan ilmu dan kosmos dari Ketuhanan. Manusia modern telah kehilangan visi sakral terhadap alam dan memperlakukannya sebagai mesin yang bisa dibongkar pasang sesuka hati.”

Kita butuh revolusi spiritual, bukan hanya teknologi.

🌀 EKOLOGI BERTASBIH, SEMESTA SEBAGAI MUSHALLA

Langit, laut, batu, bahkan ozon—semua bertasbih kepada-Nya. Tapi manusia modern memutus dirinya dari orkestra dzikir itu.

Kita perlu berpindah dari paradigma “manusia pusat” ke “manusia sebagai peserta dzikir agung semesta”.

“Tak ada satu pun melainkan bertasbih memuji-Nya…” (QS. Al-Isrā’: 44).

Inilah ekologi pasca-humanis yang spiritual.

🌱 NUSANTARA & EKOLOGI SPIRITUAL

Nusantara memiliki khazanah ekologi sakral:

Gunung tempat tafakur

Sungai sebagai pemurni

Pohon disapa dan dihormati

Budaya lokal menganggap alam bukan objek produksi, tapi subjek spiritual.

Kita harus menghidupkan kembali ekoteologi lokal dalam ranah global.

🛠️ TEKNOLOGI YANG BERSUJUD: VISI IKEP

IKEP mengusung pendekatan profetik:

Green Algorithm: Teknologi berzikir

Ekologi Eskatologis: Membaca iklim sebagai tanda akhir zaman

Zikir Energi Bersih: Teknologi yang bersujud bersama semesta

Teknologi bukan alat dominasi, tapi instrumen penghambaan.

🎯 KHALIFAH YANG MENDENGAR RINTIHAN ALAM

Dunia tak butuh hanya aktivis, tapi pemimpin spiritual-ekologis:

Penjaga dzikir semesta

Pewaris amanat langit

Pendengar rintihan bumi

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiyâ’: 107).

🎼Ketika akar tak lagi bicara dengan langit, hujan pun lupa arah.

Ketika batu kehilangan takbirnya, sungai pun kehilangan lagu dzikirnya.

والله اعلم

Cirebon, 11/07/25

🌐 INSITUT KOSMOLOGI DAN ESKATOLOGI PROFETIK (IKEP)

Posted in

BERITA LAINNYA

Wamen Viva Yoga Apresiasi GMH Dukung Program Transmigrasi

GETARBABELCOM, JAKARTA – Bertempat di Ruang Kerja, Gedung C, Komplek…

Warga Teluk Uber Kontra Tambang Pasir Kuarsa Akui tak Terima Undangan Survei Resmi

GETARBABEL.COM, BANGKA — Ketidakhadiran kelompok warga kontra penambangan pasir kuarsa…

Informasi Penting Bagi Pekerja! UMP Babel 2024 Mulai Dibahas

TANJUNG PANDAN – Pembahasan Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk tahun…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI