Polres Bangka Bekuk 1 Pencuri Tiang Biznet, 2 Pelaku Buron
By beritage |
GETARBABEL.COM, BANGKA — Tim Kelambit Opsnal Sat Reskrim Polres Bangka…
Thursday, 26 June 2025
Oleh: Maman Supriatman || Alumni HMI
Di tanah pertiwi yang dilantunkan dalam kidung dan dipagari doa para wali,
Indonesia berdiri—bukan hanya sebagai gugusan pulau,
tetapi sebagai janji langit yang menanti penebusnya.
Langit telah menulis di balik awan,
dan bumi telah mengguratkan di dalam gempa, letusan, dan air bah:
Akan datang Budak Angon,
sang penggembala jiwa yang tercerai-berai.
Ia tidak datang membawa partai,
tidak diarak dalam survei,
tetapi hadir dalam wangsit, mimpi, dan kerinduan terdalam rakyat.
Dialah Imam Mahdi dalam kitab-kitab langit,
dan Budak Angon dalam sabda para leluhur.
Ia datang bukan untuk mencalonkan diri,
tapi untuk menyalakan kembali fitrah bangsa
yang nyaris padam oleh tipu daya modernitas.
Ia datang untuk menyapu residu cuci otak sekularisme, liberalisme dan rasionalisme.
Ia adalah perwujudan dari yang dahulu hanya disimbolkan:
Satrio Piningit,
yang tersembunyi dalam lorong sejarah,
dan kini muncul membawa terang akhir zaman.
Budak Angon adalah Ratu Adil.
Bukan ratu dalam arti kekuasaan dinasti,
tetapi ratu dalam arti titisan keadilan Tuhan.
Ia datang saat dunia dibungkus ketidakadilan,
dan rakyat kehilangan arah seperti domba tanpa gembala.
Ratu Adil bukan gelar,
tetapi peran spiritual sekaligus historis,
yang disebut dalam Serat Sabdopalon, Jangka Jayabaya, dan wangsit para leluhur:
“Akan datang pemimpin yang adil, membela kaum lemah, dari Timur,
yang bukan dipuja karena kekayaannya, tapi karena kemurnian ruhnya.”
Lalu datang pula Budak Janggotan—
Nabi Isa, yang tak membangun istana baru,
tetapi menyempurnakan misi Ratu Adil.
Ia datang untuk bersujud di belakang sang hamba pilihan Ilahi,
bukan untuk merebut kepemimpinan,
tetapi untuk meneguhkan bahwa keadilan sejati bukan turun dari langit,
tetapi tumbuh dari bumi yang bersujud.
Mereka berdua—
Imam Mahdi dan Nabi Isa,
Budak Angon dan Budak Janggotan,
Ratu Adil dan Sahabat Akhir Zaman,
adalah dua sisi dari pedang keadilan yang akan merobek tabir Dajjal,
dan menghancurkan sistem tipuan global yang bernama Pax Judaica.
Mereka tak berdiplomasi dengan para penguasa boneka,
tak berunding di meja penuh sandiwara,
tetapi menyapu dunia dengan takbir, tauhid, dan keberpihakan pada mustadh‘afin.
Kini, garis waktu bertemu:
Ramalan Jayabaya, Wangsit Siliwangi, dan Hadits-hadits Akhir Zaman
semuanya menunjuk ke satu titik:
Indonesia akan menjadi medan penting
dalam perang spiritual akhir zaman.
Bukan perang senjata,
tapi perang antara fitrah dan nafsu,
antara langit dan propaganda,
antara pemimpin sejati dan pemimpin rekayasa.
Dari Timur akan bangkit kekuatan baru
bukan komunisme, bukan liberalisme,
tapi spiritualisme profetik
yang akan membersihkan dunia dari dajjal yang berwajah korporasi dan diplomasi.
Dan negeri ini,
tanah yang penuh sabda leluhur,
akan memanggil anak-anaknya
untuk memilih:
menjadi penjilat status quo
atau menjadi penjaga nyala fitrah.
Maka jangan menunggu pemilu.
Jangan bergantung pada koalisi.
Jangan berharap pada televisi.
Karena ketika Budak Angon datang,
ia tidak muncul di layar,
tapi hadir di hati.
Tugas kita adalah membersihkan cermin batin,
agar saat wajahnya muncul,
kita bisa mengenali—
bukan menuduhnya kafir,
bukan menertawakannya sebagai gila,
bukan menolaknya karena tidak sesuai mazhab dan logika.
Dan ketika dia datang…
Rum akan roboh.
Persia akan kembali sujud.
Arab akan dibersihkan dari para penguasa boneka.
Dan Palestina akan bebas
bukan karena diplomasi PBB,
tapi karena takbir yang kembali bermakna.
Inilah Pax Islamica,
fase kelima sejarah,
saat seluruh kebohongan global runtuh,
dan cahaya keadilan bersinar dari Timur.
Di tengah kekacauan zaman yang dipenuhi tipu daya dan suara-suara palsu, kita menanyakan: kapan era keadilan universal itu tiba?
Jawabannya bukanlah milik logika atau peta politik, melainkan rahasia waktu yang disimbolkan dalam setiap detak hati dan sunyi alam—yaitu, “Ketika Allah Menghendaki.”
Sabda Rasul itu telah mengiringi perjalanan umat:
…….
“Kemudian datang masa kerajaan yang memaksa/otoriter (mulk jabriyyah), maka akan tetap ada selama Allah menghendakinya, lalu Allah akan mengangkatnya jika Dia menghendaki.”
“Kemudian akan datang kembali masa khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (fase kelima).”
(HR. Ahmad, 18406; Shahih lidzatihi).
Hadits ini menggarisbawahi landasan proses sejarah teleologis dalam Islam, dan rahasia waktu: “Kapan era baru keadilan universal itu datang?”
Yaitu, “Ketika Allah Menghendaki!”, untuk mengakhiri era penguasa tiran, elit global, yang berada di balik layar fase keempat.
Sementara Wangsit Prabu Siliwangi bergema:
“Budak Angon bakal mapay gunung, ngalanglang lembur,
nyangking sabda Gusti, pikeun nyalametkeun bumi.”
“Anak gembala akan menelusuri gunung, menjelajahi desa-desa,
membawa sabda Tuhan, untuk menyelamatkan bumi.”
(Wangsit Prabu Siliwangi, ditafsirkan kembali).
Di balik keramaian yang menyamar sebagai demokrasi,
kita diundang untuk merenung:
apakah kita telah bersujud pada realitas hakikat,
atau masih terperangkap dalam ilusi status quo?
Pelukan waktu itu—sebuah momentum pertemuan suci antara langit dan bumi—
akan meruntuhkan tembok-tembok yang mengasingkan jiwa,
menyulut obor keadilan dalam jiwa-jiwa yang masih percaya.
والله أعلم
26/06/25
(Foto: ilustrasi/IST)
Posted in SOSBUD
GETARBABEL.COM, BANGKA — Tim Kelambit Opsnal Sat Reskrim Polres Bangka…
GETARBABEL.COM, PANGKALPINANG– Kelompok kerja (Pokja) pemilihan 16 Balai Pemilihan Penyedia…
GETARBABELCOM, PANGKALPINANG – Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…