Fajar Belum Padam, Hanya Tersembunyi

images (15)

Oleh: Maman Supriatman || Alumni HMI

Di langit sejarah yang mulai lusuh,
dua peradaban berdzikir dalam luka:
Arab, pewaris syariat yang kering karena politik;
Persia, penjaga bara batin Ahlul Bait yang membara oleh luka.

Mereka tidak saling mengutuk pada mulanya—
tetapi waktu menjahit fitnah
dari sobekan nama-nama dan ambisi silsilah.
Lalu bayang-bayang kekuasaan
mencuri cahaya cinta yang dulu menyatukan mereka
dalam shaf yang satu.

Di bawah panji Khilafah dan Imamiyah,
angin berpihak pada darah, bukan hikmah.
Karbala bukan hanya ladang kesyahidan,
tapi juga pelataran luka transhistoris
yang terus dijemput ziarah dendam
dan hasrat kuasa yang tak berujung.

Dari reruntuhan dinasti dan mimpi suci,
lahir pertarungan yang tak lagi murni:
Sunni dan Syiah jadi topeng,
di baliknya Zion bergerak lincah,
menanam siasat dalam bayang mesjid,
dalam lembaga, dan dalam istana.

Mereka biarkan kaum mukmin saling mencurigai,
sementara Baitul Maqdis dicekik
oleh tangan bercitra perdamaian,
yang menggenggam kitab—
namun menolak Nur-nya.

Namun di antara reruntuhan itu,
masih terdengar seruling fajar
yang bertiup dari Lauhul Mahfuz
kepada jiwa-jiwa jernih dan teraniaya:

“Akan datang seorang hamba,
yang tak tunduk pada sekat mazhab,
yang lahir bukan dari konsensus ulama,
bukan pula dari suara mayoritas,
tetapi dari skenario langit.”

Dialah Al-Mahdi:
yang akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kebenaran,
sebagaimana dunia telah dibanjiri
oleh kezaliman dan penindasan.
(HR. Abu Dawud, Ahmad).

Ia tidak hadir dari partai manapun,
tidak disponsori kekuatan politik manapun,
dan tak pernah diberitakan media.
Namanya hanya dikenal oleh hati
yang telah dibakar oleh zikir, sabar, dan air mata.

Ia akan menyapu pasir Arab
dari boneka dan pengkhianat,
membuka hijab Persia dari fanatisme,
menundukkan Rum (Barat) bukan dengan rudal,
tetapi dengan tauhid dan hikmah.

Dan ketika dunia yang dikuasai oleh Pax Judaica
mulai retak—
bukan oleh bom nuklir,
tetapi oleh pedang nurani dan panji Isa,
maka sejarah akan terguncang:
yang naik bukanlah superpower,
tapi kebenaran yang lama diasingkan.

Wahai langit,
bukalah gerbang kelima,
karena kami telah jenuh hidup dalam fase keempat:
zaman para penguasa zalim (mulkan jabbariyyan),
di mana lidah dibeli,
dan hati dibungkam.

Biarlah fase khilafah ‘ala minhajin nubuwwah kembali,
bukan karena demo, bukan karena revolusi,
tetapi karena taubat dan kesadaran kosmis
yang tak bisa dihentikan algoritma mana pun.

Karena pada akhirnya,
yang memimpin dunia bukanlah raja,
tetapi seorang hamba
yang dipanggil langsung oleh Tuhan.

Dan dunia akan tahu:
kekuasaan terakhir tidak lahir dari kongres,
tetapi dari ratapan mustadh‘afin dan restu langit.

Sebab akhir sejarah
adalah awal cahaya.
Dan kemenangan terakhir
tidak milik yang punya senjata,
tapi milik yang tunduk paling dalam kepada-Nya.

والله أعلم بمن يصلح لقيادة الأمة

“Dan Allah lebih tahu siapa yang layak memimpin umat.”

والله أعلم

MS 24/06/25

Posted in

BERITA LAINNYA

Polres Bangka Kerahkan 60 Personel Amankan Pendaftaran Cabup Bangka

GETARBABEL.COM, BANGKA — Kepolisian Resor Bangka lakukan pengamanan dan pengawalan…

Dokkes Polres Bangka Cek Kesehatan Anggota OMP Menumbing 2024

GETARBABEL.COM, BANGKA –– Operasi Mantap Praja (OMP) Menumbing 2024 Polres…

Dua Jabatan Kepala Dinas Lowong, Pemkot Segara Lakukan Seleksi Terbuka

GETARBABELCOM,PANGKALPINANG – Dua posisi jabatan pimpinan tinggi pratama atau Kepala…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI