Jiwa Yang Tenang Di Tengah Bumi Yang Retak (35):  Dari Dajjal Al-Masih Ke Isa Al-Masih Asli (Dialektika Dua Al-Masih Dan Solusi Final Misteri Khalifah)

images (3)

“Apakah engkau akan menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah?” (QS. Al-Baqarah: 30).

Pertanyaan malaikat ini menggema sepanjang sejarah, menemukan klimaksnya di akhir zaman:

Ketika Dajjal berkuasa dengan tipu daya kosmiknya; Ketika peradaban manusia mencapai puncak kehancuran; Ketika langit akhirnya turun tangan.

Turunnya Nabi Isa bukan sekadar mukjizat, ia adalah jawaban ontologis atas pertanyaan paling purba tentang hakikat manusia sebagai khalifah.

Dialektika Dua Al-Masih

  1. Dajjal: Parodi Ketuhanan Palsu

Mata satu: Metafora visi materialistik (hanya melihat dunia fisik).

Membawa sungai api dan surga palsu: Simbol kapitalisme global yang menawarkan kenikmatan instant.

Mengaku Tuhan: Puncak filsafat humanisme sekuler yang menempatkan manusia sebagai pusat segalanya.

  1. Isa: Representasi Ketuhanan Sejati

Turun di menara putih Damaskus: Titik temu langit dan bumi.

Mematahkan salib: Dekonstruksi terhadap agama yang telah terdistorsi.

Membunuh babi: Penyucian peradaban dari hedonisme.

“Maka tidak ada yang bisa mengalahkan Dajjal kecuali Isa bin Maryam” (HR. Muslim).

Tiga Lapisan MaknaTurunnya Nabi Isa

  1. Lapisan Historis

Penggenapan janji dalam QS. An-Nisa 159:

“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab melainkan akan beriman kepadanya sebelum kematiannya”.

Ini adalah kunci penyelesaian final konflik Kristen-Islam secara definitif.

  1. Lapisan Kosmik

Demonstrasi terakhir kekuasaan Allah atas hukum alam (Isa turun dari langit).

Pembuktian bahwa mukjizat lebih kuat dari sains dan teknologi Dajjal.

  1. Lapisan Antropologis

Jawaban atas pertanyaan malaikat: manusia layak menjadi khalifah karena ada yang tetap beriman di zaman paling gelap.

Rekonsiliasi antara spiritualitas dan peradaban material.

Tiga Fase Penyelesaian Akhir Zaman

  1. Fase Pembukaan

Imam Mahdi memimpin restorasi sistem dunia.

Penyatuan umat Islam di bawah panji tauhid.

  1. Fase Konfrontasi

Dajjal muncul dengan solusi-solusi palsu untuk krisis dunia.

Isa turun saat Dajjal mengepung Mukmin di Gunung Thur.

  1. Fase Penyelesaian

Pertarungan ideologis di Lydda/Lud/Lod (Palestina).

Kematian Dajjal oleh tangan Isa.

Pembasmian Ya’juj-Ma’juj dengan doa Isa.

Nubuwat tentang Isa bukanlah dongeng apokaliptik atau allegori spiritual, melainkan pembuktian final bahwa:

Allah Maha Tahu apa yang tidak diketahui malaikat.

Manusia memang layak menjadi khalifah.

Setiap kegelapan pasti akan berakhir dengan cahaya.

“Dan Kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami” (QS. As-Sajdah: 24).

Tersingkapnya Rahasia Agung Kenabian

Penciptaan Dajjal (Al-Masih ad-Dajjal) dan Isa (Al-Masih ibn Maryam) sebagai dua kutub akhir zaman bukanlah kebetulan kosmik, melainkan demonstrasi teologis terbesar dalam dialektika sejarah. Inilah hakikatnya:

  1. Ujian Final atas Klaim Kekhalifahan Manusia

Dajjal sebagai representasi puncak potensi destruktif manusia:

Kecerdasan tanpa spiritualitas (mata satu).

Teknologi tanpa moral (mukjizat palsu).

Kekuasaan tanpa hidayah (klaim ketuhanan).

Sementara, Isa adalah bukti potensi Ilahiah dalam diri manusia:

Ilmu yang menyatu dengan wahyu, keadilan yang bersumber dari tauhid, dan kepemimpinan yang tunduk pada langit.

Inilah jawaban untuk pertanyaan malaikat: Aku ciptakan manusia yang bisa mencapai tingkatan Dajjal, tapi juga mampu melahirkan Isa.

  1. Penyempurnaan Siklus Kenabian

Setiap nabi besar menghadapi anti-tesisnya:

Musa vs Fir’aun (wahyu vs tirani), Ibrahim vs Namrud (tauhid vs paganisme), dan Muhammad vs Abu Jahal (Islam vs jahiliyah).

Di akhir zaman, pertarungan mencapai level kosmik:

Dajjal sebagai anti-tesis final seluruh Nabi; Isa sebagai penyempurna misi final seluruh Rasul.

Maka “Dajjal adalah ujian terberat, Isa adalah solusi terakhir.” (HR Ibn Majah).

  1. Pembuktian atas Dua Jenis Mukjizat

Allah menunjukkan dua paradigma kekuasaan:

Mukjizat Dajjal: berbasis ilmu material (sihir tingkat tinggi), menipu indra dan logika, bersifat temporal dan destruktif.

Mukjizat Isa: berbasis kekuasaan Ilahi: menyentuh hati dan ruh, abadi dan konstruktif.

Inilah pelajaran terbesar: teknologi tanpa iman adalah bencana, sains dengan tauhid adalah rahmat.

  1. Rekonsiliasi Antara Langit dan Bumi

Kehadiran Isa menyelesaikan tiga paradox sejarah:

  • Paradox Peradaban: Kemajuan material vs keruntuhan moral
  • Paradox Agama: Formalisme ritual vs esensi spiritual
  • Paradox Kekuasaan: Kedaulatan manusia vs kedaulatan Ilahi

“Dia akan mematahkan salib (simbol agama yang terkristalisasi), membunuh babi (simbol hedonisme), dan menghapus jizyah (simbol hubungan semu antariman).” (HR. Bukhari).

Dengan demikian, dialektika Dajjal-Isa adalah bukti bahwa:

Allah Maha Adil (memberi ujian sekaligus solusi). Pelajaran bahwa peradaban tanpa iman adalah bencana.

Janji bahwa kebenaran pasti menang dengan cara-Nya.

“Maka bersabarlah, karena sesungguhnya janji Allah itu benar…” (QS Ar-Rum: 60).

Tersingkapnya Kelayakan Manusia sebagai Khalifah

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?” (QS. Az-Zumar: 22).

Dalam narasi besar “Jiwa yang Tenang di Tengah Bumi yang Retak”, penciptaan dua Al-Masih (Dajjal dan Isa) menyingkap rahasia teragung:

Pertama, retakan bumi sebagai medan tempaan ruhani. Allah menjadikan konflik akhir zaman sebagai:

  • Cermin retakan jiwa manusia antara haq-batil.
  • Ujian final bagi kesempurnaan jiwa yang tenang (an-nafs al-muthma’innah).
  • Pembuktian bahwa ketenangan sejati hanya lahir dari pergulatan hakiki.

Inilah makna sabda Nabi: “Dajjal datang ketika iman telah langka, dan Isa turun ketika kezaliman merajalela.” (HR. Muslim).

Kedua, dua Al-Masih sebagai penjelmaan dua jiwa:

Jiwa Dajjal: Gelisah dalam kesempurnaan materi, angkuh dalam kepintaran teknologi, dan lapar dalam kekuasaan.

Jiwa Isa: tenang dalam kepasrahan Ilahi, bijak dalam kesederhanaan mukjizat, dan kuat dalam kepemimpinan hamba.

Tiga karakter jiwa yang tenang di akhir zaman:

  • Tidak terpesona oleh mukjizat Dajjal. Mereka tahu bahwa sungai api itu neraka, dan surga palsunya adalah jebakan.
  • Tidak panik oleh kehancuran sistem dunia. Mereka yakin setiap retakan ada maksud Ilahi.
  • Tidak ragu akan pertolongan Allah melalui utusan-Nya. Mereka bersiap dengan senjata iman, bukan senjata dunia.

Inilah jiwa yang disebut dalam Surat Al-Fajr: 27-30: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.'”

Dialektika dua al-masih mengajarkan: retakan peradaban adalah jalan penyucian, kegelapan final adalah ujian visi ruhani, dan turunnya Isa adalah bukti kasih sayang Allah.

Maka bumi yang retak itu akan berbuah kebun-kebun surga, dan jiwa-jiwa yang tenang akan menjadi bibit-bibit khalifah baru.

Inilah puncak ketenangan jiwa: memahami bahwa setiap retakan bumi adalah undangan untuk lebih mendekat kepada-Nya.

Epilog: Dua Al-Masih di Bumi yang Retak

Dalam pusaran zaman yang rapuh, di mana batas antara kebenaran dan ilusi makin tipis, dua sosok Al-Masih tampil sebagai simbol akhir dialektika sejarah manusia:

Dajjal sebagai puncak ilusi duniawi yang menggoda, dan Isa sebagai puncak ketenangan ruhani yang menyelamatkan. Dajjal merayakan kemajuan tanpa arah, sementara Isa menghadirkan arah di tengah kehancuran.

Kehadiran mereka bukan sekadar episode eskatologis, melainkan cermin terdalam bagi setiap jiwa; apakah ia akan terseret arus surga palsu atau bertahan hingga cahaya sejati datang.

Jiwa yang tenang bukanlah jiwa yang lepas dari badai, tetapi jiwa yang tetap berpegang pada cahaya langit meski bumi di bawahnya retak.

Inilah pelajaran akhir zaman: bahwa kemenangan bukan milik yang kuat secara duniawi, tapi milik yang teguh secara ruhani.


Di bumi yang retak dan langit yang muram,
Dua wajah turun—satu tipuan, satu salam.
Yang satu bermata satu, penuh kilau dunia,
Yang satu bermata ruh, membawa cahaya langit yang setia.

Dajjal datang dengan surga yang membakar,
Api kenikmatan yang diam-diam menghancurkan akar.
Ia bicara atas nama kemajuan,
Tapi membunuh iman dalam kemasan peradaban.

Isa turun tanpa senjata,
Hanya doa dan ruh yang menyala.
Ia tak membawa pasukan atau kekuasaan,
Hanya kebenaran yang lahir dari kepasrahan.

Satu mengaku Tuhan dengan teknologi palsu,
Yang satu menunjukkan Tuhan lewat kerendahan yang syahdu.
Satu menipu logika, membungkus kebatilan,
Yang satu membebaskan hati dari kesesatan.

Maka siapa yang kau ikuti di ujung zaman?
Yang mengangkat egomu atau yang membersihkan iman?
Jiwa yang tenang tak terpesona pada pertunjukan,
Ia menanti Isa, bukan karena mukjizat,
Tapi karena cinta akan kebenaran yang dalam dan hikmat.

Dan bumi yang retak pun bersemi,
Saat jiwa yang tenang pulang ke Ilahi.

والله أعلم

MS 23/05/25

(Foto: ilustrasi/IST)

Posted in

BERITA LAINNYA

Pertama di Babel, Pelatihan Batimetri Ramai Peminat

PANGKALPINANG—Forum Hidrologi Nasional (FHN) bersama Agropreneur Indonesia dan didukung oleh…

Majelis Hakim PTUN Keluarkan Putusan Sela, Proyek STiAKIN Ditunda Pelaksanaannya

GETARBABEL.COM, PANGKALPINANG– Majelis Hakim yang memeriksa perkara terkait gugatan tender…

SK Belum Diterima, Tenaga Kontrak Pengangkut Sampah Gelisah

GETARBABEL.COM, BANGKA- Berjumlah sekitar 38 orang tenaga kontrak pengangkut sampah…

POPULER

HUKUM

hipk

IPTEK

drone

TEKNOLOGI