Jum’at, Mulkan-Ramadian Awali Kampanye Tatap Muka Di Puding Besar
By beritage |
GETARBABEL.COM, BANGKA- Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bangka Mulkan-Ramadian…
Friday, 9 May 2025
Oleh : Maman Supriatman || Alumni HMI
“Dalam setiap pertempuran, kita bukan hanya berjuang untuk tanah, tetapi untuk sebuah masa depan yang telah ditulis oleh sejarah.”
(Abraham Lincoln)
“Kita bukan sekadar berperang untuk tanah, tapi untuk makna sejarah.”
(Benjamin Netanyahu)
DUNIA sedang bergerak dalam sebuah narasi besar yang tak terelakkan: transisi dari Pax Americana menuju Pax Judaica, sebuah tatanan baru yang berpusat di Yerusalem.
Pergeseran ini bukan sekadar perubahan geopolitik, melainkan babak penentu menuju konflik akhir zaman, Malhamah Kubra dalam nubuat Eskatologi Islam, atau Armageddon dalam Eskatologi Yahudi.
Setelah konsolidasi kekuasaan melalui “Abraham Accords”, dominasi teknologi, dan hegemoni finansial, Israel kini menjadi aktor utama dalam panggung global.
Namun, di balik perdamaian semu ini, dunia sedang dipersiapkan untuk sebuah pertempuran dahsyat yang akan mengubah peta peradaban.
Pax Judaica: Arsitektur Hegemoni Baru
Berbeda dengan Pax Americana yang mengandalkan kekuatan militer dan ekonomi, Pax Judaica dibangun melalui tiga pilar utama:
Yerusalem bukan sekadar kota; ia adalah episentrum spiritual dan politik dunia. Kontrol atasnya berarti kontrol atas narasi sejarah dan masa depan.
Dalam tradisi Abrahamik, Yerusalem adalah kota nubuat, tempat peristiwa besar akhir zaman.
Israel, dengan keunggulannya dalam siber, AI, dan pertahanan, menciptakan sistem pengawasan yang mengikat dunia.
Dari “Predator Spyware” hingga manipulasi media, teknologi menjadi senjata halus untuk mempertahankan hegemoni.
“Abraham Accords” adalah batu loncatan untuk menormalisasi dominasi Israel di Timur Tengah. Di balik retorika perdamaian, ia adalah strategi untuk mengisolasi Palestina dan memperkuat Pax Judaica.
Malhamah Kubra dan Kemunculan Dajjal
Sebelum Dajjal muncul sebagai sosok fisik, ia bekerja melalui sistem global yang tak kasatmata:
Namun, sistem ini akan mencapai puncak kehancurannya dalam Malhamah Kubra, perang global yang melibatkan NATO, Rusia, Cina, dan konflik regional seperti India-Pakistan.
Dari reruntuhan inilah Pax Judaica akan muncul, dengan Yerusalem sebagai ibukota dunia.
Di puncak kekacauan itulah Dajjal akan menampakkan diri.
Ia mengklaim diri sebagai “mesias”, padahal ia adalah penipu terbesar sepanjang sejarah.
Kelak, kebohongannya akan dihancurkan oleh Nabi Isa AS, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Dajjal akan diikuti oleh 70.000 Yahudi Isfahan, hingga ketika ia terkepung di Bab Lud, Allah mematikan mereka dengan leher yang tertembus, dan Isa membunuh Dajjal.” (HR. Muslim).
Imam Mahdi: Misi Restorasi Bumi yang Retak
Banyak hadits menjelaskan bahwa Imam Mahdi akan muncul setelah dunia mencapai puncak kezaliman:
“Bila bumi telah dipenuhi kejahatan, Allah akan mengutus seorang dari keturunanku yang namanya seperti namaku (Muhammad bin Abdullah).” (HR. Abu Dawud).
Dengan demikian, urutan peristiwa besar tahapan akhir zaman adalah:
Epilog: Membongkar Logika Ilusi Dominasi
Dua kutipan pembuka dari Abraham Lincoln dan Benjamin Netanyahu mewakili ilusi besar yang tampaknya membawa semangat luhur: bahwa perang bukan sekadar soal perebutan wilayah, tetapi soal makna sejarah dan masa depan umat manusia.
Namun jika kita selami lebih dalam, ketika semangat ini ditarik menjadi pembenaran teologis, di sanalah bahaya besar mengintai. Kekerasan yang seharusnya dinilai sebagai tragedi kemanusiaan berubah rupa menjadi “misi suci,” seolah dibungkus takdir Ilahi, seolah Tuhan sendiri telah memberi mandat untuk menumpahkan darah demi memenuhi naskah sejarah.
Dalam kerangka ini, genosida di Gaza tidak lagi tampak sebagai agresi geopolitik belaka, tetapi menjadi panggung dramatis bagi sebuah narasi agung: bahwa para pelaku kekerasan sedang menunaikan mandat sejarah yang telah lama tertulis.
Tetapi justru di sinilah rahasia besar tersingkap: Allah tidak membiarkan manusia terperosok dalam perangkap ilusi tanpa pertolongan. Kehadiran Imam Mahdi dan Nabi Isa AS bukanlah sekadar simbol moral atau harapan kosong; mereka adalah agen nyata yang diutus untuk menyingkap tirani, membongkar jaring tipuan besar yang ditebar Dajjal, dan memulihkan kebenaran yang telah lama dikaburkan oleh para perancang ilusi sejarah.
Inilah argumen penting yang sering diabaikan oleh mereka yang menolak atau memandang figur Imam Mahdi dan Nabi Isa hanya sebagai simbol belaka.
Sebab jika fitnah Dajjal bekerja nyata melalui sistem global yang menindas, bagaimana mungkin Skenario Ilahi hadir hanya sebagai gagasan abstrak?
Bila tipu daya itu harus menjelma di atas panggung sejarah, maka intervensi Ilahi pun harus nyata, menyapa sejarah, bukan sekadar menghuni ruang-ruang pemikiran.
Tanpa kehadiran nyata mereka, dunia akan terus berkubang dalam penipuan kolektif: menukar kebenaran dengan narasi kekuasaan, menukar keadilan dengan logika dominasi, menukar kemanusiaan dengan skema ilusi yang semakin menyesakkan.
Hadits Muslim 2937a yang diriwayatkan dari An-Nawas bin Sam’an melukiskan kedahsyatan fitnah Dajjal:
“Dia datang kepada suatu kaum, mengajak mereka, maka mereka pun beriman kepadanya. Ia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, dan langit pun menurunkannya; ia memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, dan bumi pun menumbuhkannya. Maka pada sore hari, ternak mereka kembali dengan punuk yang tinggi, ambing yang penuh susu, dan perut yang kenyang. Lalu ia mendatangi kaum lain, mengajak mereka, namun mereka menolak. Maka ia berpaling dari mereka, dan mereka pun tertimpa kekeringan, tanpa harta sedikit pun.”
Hadits ini mengisyaratkan betapa ilusi Dajjal mampu menjungkirbalikkan tatanan realitas, seolah mengendalikan hujan, kesuburan, dan kemakmuran.
Di tengah kekacauan besar pasca malhamah (perang dahsyat), Dajjal akan muncul di Yerusalem, memproklamasikan dirinya sebagai penyelamat dunia: bukan sekadar dari krisis politik atau ekonomi, tetapi dari krisis eksistensial yang dipicu oleh senjata nuklir: krisis makanan, kelangkaan air bersih, kehancuran lingkungan, perubahan iklim, dan ancaman punahnya kehidupan di bumi; krisis yang, ironisnya, diciptakannya sendiri.
Dalam momen genting ini, Dajjal menawarkan “jalan keluar” palsu dengan kemampuan ilusi yang memesona: kemakmuran bagi yang tunduk, kehancuran bagi yang menolak.
Pada akhirnya, hanya mereka yang memiliki qalbun salim, hati yang selamat, yang mampu melihat tembus di balik lapisan-lapisan tipu daya ini.
Bukan hanya selamat secara fisik, tetapi juga secara spiritual, karena cahaya iman telah membimbing mereka melewati kabut fitnah.
Inilah sebabnya Allah mengutus Imam Mahdi dan Nabi Isa AS, bukan hanya untuk memimpin pertempuran lahiriah, tetapi untuk menyingkap tirai ilusi, membangunkan kesadaran manusia akan hakikat sejati keberadaan, dan memulihkan keseimbangan dunia yang telah lama retak.
Sejarah bukan semata catatan kemenangan dan kekalahan, melainkan ruang ujian bagi manusia: apakah ia memilih tunduk pada cahaya kebenaran, atau hanyut dalam gelombang ilusi kekuasaan.
والله أعلم
MS 08/05/25
(Foto: ilustrasi/IST)
Posted in SOSBUD
GETARBABEL.COM, BANGKA- Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bangka Mulkan-Ramadian…
Umat Islam sangat dianjurkan untuk mendirikan shalat tahajud yang dilaksanakan…
GETARBABEL.COM, BANGKA SELATAN – Bupati Bangka Selatan H. Riza Herdavid,…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…