Program Serbu Berkah Potong Gaji ASN Rp30.000/Bulan, Inspektorat Bangka Janji Verifikasi
By beritage |
GETARBABEL.COM, BANGKA — Inspektorat Kabupaten Bangka melalui Aparatur Pengawasan Internal…
Sunday, 27 April 2025
Oleh : Maman Supriatman || Alumni HMI
Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. (QS. Al-Anbiya: 105).
Di balik sabda abadi dalam Zabur dan Az-Zikr—bahwa bumi ini kelak diwarisi oleh hamba-hamba yang saleh—terhampar takdir agung yang mengalir bagai sungai sunyi di balik hiruk-pikuk sejarah.
Dunia bukan hanya tempat berpijak, melainkan cermin bagi pertempuran ruhani antara cahaya dan bayangan. Dalam setiap jatuhnya sebuah peradaban dan lahirnya yang baru, para arif membaca isyarat langit, bukan sekadar agenda manusia.
Seperti kata Ibn ‘Arabi: “Segala sesuatu di dunia ini adalah simbol, dan hanya mereka yang memiliki mata batin yang jernih yang mampu membacanya.”
Maka di antara runtuhnya Pax Americana dan terbitnya fajar kelam Pax Judaica, kita tidak sekadar menyaksikan politik global, tapi menyimak babak akhir dari Skenario Ilahiah.
Di sinilah Syekh Imran Hosein menyingkap tabir, membaca jejak Dajjal dalam bayang-bayang sejarah, dalam tiga fase misi yang senyap namun nyata.
Great Reset dan Luka Peradaban di Persimpangan Jalan
Dalam keretakan peradaban hari ini, kita berdiri di simpang jalan sejarah yang menyimpan gema dari nubuat-nubuat purba dan kalkulasi geopolitik modern.
Dunia yang kini diatur oleh Pax Americana—sebuah hegemoni global berbasis kekuatan militer, narasi liberal, dan dominasi dolar—kini terguncang oleh gelombang transisi menuju suatu tatanan baru yang kerap dibicarakan dengan bisik-bisik penuh kecemasan: Pax Judaica.
Apa yang kita saksikan bukan sekadar konflik antara negara, atau perebutan sumber daya, tetapi sebuah pergulatan besar atas makna dan arah sejarah manusia.
_Great Reset_ bukanlah murni gagasan teknologi atau ekonomi; ia adalah agenda spiritual-politik, rekayasa ulang terhadap arsitektur dunia dan jiwa manusia.
Ia hendak memecah ulang kode peradaban, mencabut akar-akar nilai, dan menggantinya dengan algoritma serta sistem nilai yang telah diseleksi oleh elite tertentu yang mengimani mitologi dan takdir yang mereka tulis sendiri.
Dalam konteks ini, Pax Judaica muncul bukan sekadar sebagai proyeksi kekuatan Israel secara geopolitik, tapi sebagai simbol dominasi spiritual yang menyimpang dari tradisi Ibrahimik.
Bait Ketiga yang mereka ingin bangun di atas reruntuhan Al-Aqsha, bukanlah Rumah Tuhan, tetapi rumah dari klaim eksklusif tentang kebenaran, kekuasaan, dan kenabian yang telah diselewengkan.
Para arsiteknya bukan hanya politisi, tapi juga para pemilik modal, pengendali media, dan perancang narasi besar dunia.
Namun dalam keretakan ini, ada bisikan yang lebih dalam. Dalam hening malam yang diliputi kabut ketakutan dan ketidakpastian, suara dari langit tetap turun, membawa pesan yang hanya dapat ditangkap oleh hati yang bersih:
“Tidakkah kamu melihat bagaimana Tuhan membuat perumpamaan: Kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit.” (QS. Ibrahim: 24).
Di antara reruntuhan Pax Americana dan bayang-bayang Pax Judaica, Islam berdiri sebagai poros Profetik yang tidak hanya menantang narasi kekuasaan global, tapi juga menyembuhkan luka mendalam umat manusia.
Ia adalah satu-satunya peradaban yang masih memelihara pengakuan akan Tuhan yang transenden, nubuwwah yang berkesinambungan, dan akhir zaman sebagai pengingat bahwa sejarah manusia memiliki tujuan, bukan sekadar putaran takdir yang acak.
Namun sayangnya, dunia Islam hari ini sedang lumpuh oleh keraguan dan kebingungan. Elit-elitnya tersandera oleh ilusi modernitas, sementara ulamanya banyak yang tenggelam dalam fiqh yang kehilangan roh atau terperangkap dalam retorika politik yang dangkal.
Padahal, dalam naskah nubuat Rasulullah yang diriwayatkan Muslim (5161), jelas tergambar urutan krusial dari tiga penaklukan: Jazirah Arab, Persia, dan Romawi. Ini bukan sekadar peristiwa sejarah, tapi roadmap spiritual dan geopolitik menjelang akhir zaman.
Mereka yang mampu membaca tanda-tanda ini bukanlah mereka yang hanya duduk di laboratorium akademik atau ruang debat media, tapi mereka yang memadukan “bashirah” (ketajaman batin), “basyarah” (kabar kenabian), dan “basyirah” (penglihatan yang tercerahkan oleh Cahaya Ilahi).
Mereka inilah penjaga bara iman di tengah malam panjang sejarah.
Epilog: Cahaya dari Reruntuhan
Pax Judaica mungkin akan mengklaim tahta, Bait Ketiga mungkin akan dibangun di atas puing-puing keadilan. Tapi semua itu hanyalah panggung sandiwara sebelum tirai terakhir diangkat.
Karena bumi ini—sejak awal—bukan milik para perampok sejarah. Ia adalah warisan bagi mereka yang bersujud dalam kesunyian, yang menahan napas di tengah badai, yang memeluk iman seperti memeluk bara: sakit, tapi tak rela melepasnya.
“Ketika dunia menindasmu hingga batas kehancuran, ketahuilah: reruntuhan adalah tempat di mana cahaya memasuki jiwa.” (Rumi).
Kita adalah generasi yang terdampar di antara dua zaman: satu sedang runtuh, satu lagi belum sepenuhnya lahir. Tapi di sela-sela kehancuran itu, ada suara yang berbisik dari Lauh Mahfuzh:
“Kebenaran telah datang, dan kebatilan telah lenyap.” (QS. Al-Isra: 81).
Maka, meski Dajjal menari di atas panggung kekuasaan, meski algoritma menggantikan Kalam Ilahi, dan meski Baitullah dijungkirbalikkan menjadi proyeksi digital—tetaplah ada yang tak bisa dicuri: zikir dalam hati, sujud di tengah malam, dan keyakinan bahwa setiap kehancuran adalah pintu menuju kebangkitan.
“Ketahuilah bahwa kebenaran itu memiliki sinar, yang bila hati bersih darinya, ia akan memancar terang. Tapi bila hati tertutup nafsu dan dunia, sinar itu tidak akan pernah hadir.” (Al-Ghazali).
والله أعلم
MS 26/04/25
(Foto: ilustrasi/IST)
Posted in SOSBUD
GETARBABEL.COM, BANGKA — Inspektorat Kabupaten Bangka melalui Aparatur Pengawasan Internal…
GETARBABEL.COM, PANGKALPINANG – Anggota KPU Kota Pangkalpinang yang juga Ketua…
GETARBABELCOM, PANGKALPINANG – Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung…
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sejumlah ASN…
GETARBABEL.COM, BANGKA — Sungguh miris…
GETARBABEL.COM, BANGKA- Kawasan hutan seluas…